Seruan adzan merupakan syariat yang sangat istimewa memiliki kekuatan spiritual yang tidak ditemukan di syariat manapun. Berisikan takbir membesarkan Allah Subhanahu wa ta‘ala, penegasan akan keimanan dan tauhid yang berdampak besar pada manusia. Ironinya orang yang mengumandangkan adzan atau mu‘adzin seringkali dipandang sebelah mata, padahal mu‘adzin memiliki keistimewaan tersendiri di mata Allah Subhanahu wa ta‘ala yang tidak dimiliki orang lain.
Kelak di hari kiamat mu‘adzin akan menjadi orang yang berleher panjang, hal ini disampaikan sendiri oleh Rasulullah ﷺ di dalam hadits Imam Muslim dimana Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat adalah para mu‘adzin.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah)
Makna “leher panjang” sudah tentu bermakna pujian bukan celaan karena sebutan “leher panjang” sering digunakan oleh orang Arab waktu itu untuk merujuk pada pemimpin atau pembesar suatu kaum. Jadi “leher panjang” di akhirat artinya mereka akan menjadi pemimpin dan pembesar di akhirat kelak.
Sedangkan di penjelasan lain makna “leher panjang” artinya orang yang sangat mengharap dan penasaran akan nikmat Allah Subhanahu wa ta‘ala karena orang yang penasaran biasanya akan memanjangkan lehernya agar dapat menyaksikan dengan jelas. Sedangkan ulama lain menjelaskan “leher panjang” di akhirat nanti merupakan kondisi yang sebenarnya, artinya leher mu‘adzin akan benar-benar panjang sebab di padang mahsyar nanti matahari akan didekatkan kepada manusia sehingga mereka berkeringat yang membuat keringat bercucuran sehingga menggenang sampai mata kakinya, lututnya bahkan ada yang tenggelam oleh keringat. Dan pada saat itu para mu‘adzin selamat dari banjir keringat tersebut.
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمْ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ قَالَ فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ
“Pada hari kiamat, matahari di dekatkan ke manusia hingga sebatas satu mil -berkata Sulaim bin Amir: Demi Allah, aku tidak tahu apakah beliau memaksudkan jarak bumi ataukah mil yang dipakai bercalak mata- lalu mereka berada dalam keringat sesuai amal perbuatan mereka, di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringat.” Al Miqdad berkata: Rasulullah ﷺ menunjuk dengan tangan ke mulut beliau. (HR. Muslim no. 5108)
Leher yang panjang juga menjadi ciri khas bagi mereka agar mudah dikenali karena mereka menyerukan kebesaran dan keesaan Allah dan juga menegaskan kebenaran Rasul-Nya. Mereka melakukannya secara terang-terangan dan lantang maka di akhirat nanti mereka akan terlihat jelas di antara manusia lainnya. Inilah balasan yang berbanding lurus dengan perbuatan mereka di dunia.
Artikel terkait:
1. Bilal bin Rabbah (Sang Penyeru Seruan Langit) Part 1
2. Bilal bin Rabbah (Sang Penyeru Seruan Langit) Part 2
1. Bilal bin Rabbah (Sang Penyeru Seruan Langit) Part 1
2. Bilal bin Rabbah (Sang Penyeru Seruan Langit) Part 2
Ada yang menyebutkan berleher panjang artinya para mu‘adzin menjadi orang yang paling cepat dan dahulu memasuki Surga. Ada juga penjelasan lain mengatakan pada hari itu manusia kehausan dan leher mereka mengerut sedangkan leher para mu‘adzin tidak kehausan dan tetap tegak. Para mu‘adzin yang menyerukan panggilan shalat ini akan mendapat ampunan Allah Subhanahu wa ta‘ala sejauh suaranya bisa terdengar. Bukan itu saja tumbuhan, batu dan benda lainnya kelak akan menjadi saksi baginya. Sebuah keistimewaan tersebut disebutkan di dalam hadits Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda:
الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ وَشَاهِدُ الصَّلَاةِ يُكْتَبُ لَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ حَسَنَةً وَيُكَفَّرُ عَنْهُ مَا بَيْنَهُمَا
“Seorang mu‘adzin akan diampuni sejauh suara adzan yang ia kumandangkan, dan setiap yang basah dan yang kering akan memintakan ampun baginya. Sedangkan orang yang menghadiri shalat jama'ah akan dituliskan baginya dua puluh lima kebaikan dan dosa antara dua shalat akan diampuni dengannya.” (HR. Ibnu Majah no. 716)
Keistimewaan dari seorang mu‘adzin adalah suara mu‘adzin yang dikumandangkan melainkan akan didengar oleh segala sesuatu melainkan itu semua akan menjadi saksi bagi dirinya. Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah Al Anshari Al Mazini dari Bapaknya bahwa ia mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Sa'id Al Khudri berkata kepadanya,
إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ بَادِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلَاةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Aku lihat kamu suka kambing dan lembah (pengembalaan). Jika kamu sedang mengembala kambingmu atau berada di lembah, lalu kamu mengumandangkan adzan shalat, maka keraskanlah suaramu. Karena tidak ada yang mendengar suara mu‘adzin, baik manusia, jin atau apapun dia, kecuali akan menjadi saksi pada hari kiamat.” Abu Sa‘id berkata, “Aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Bukhari no. 574)
Selain keistimewaan itu para mu‘adzin juga mendapat jaminan Surga. Abu Hurairah menuturkan:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ بِلَالٌ يُنَادِي فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ مِثْلَ هَذَا يَقِينًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ, lalu Bilal berdiri mengumandangkan adzan. Ketika selesai, Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga.’” (HR An Nasa‘i no. 668)
Di dalam hadits lain pun dengan tegas mengatakan bahwa orang adzan dalam hitungan waktu tertentu maka ia akan dijamin masuk Surga. Salah satunya adalah sabda Rasulullah ﷺ berikut:
مَنْ أَذَّنَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ وَكُتِبَ لَهُ بِتَأْذِينِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ سِتُّونَ حَسَنَةً وَلِكُلِّ إِقَامَةٍ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً
“Barangsiapa mengumandangkan adzan selama dua belas tahun, maka wajib baginya surga, Dan dengan adzannya, dalam setiap harinya akan dituliskan enam puluh kebaikan, dan tiga puluh kebaikan untuk setiap iqamah yang ia lakukan.” (HR. Ibnu Majah no. 720)
Hadits ini merupakan berita gembira bagi para mu‘adzin bahkan hadits ini secara tegas menyatakan jaminan Surga bagi mereka yang sudah melakukannya selama 12 tahun yang tentunya ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah menjadi syarat utama seperti juga amal ibadah lainnya. Para ulama menjelaskan penentuan berdasarkan waktu tersebut tidak selamanya mengikat karena yang paling berpengaruh adalah keikhlasan. Bisa saja waktu yang ditentukan tidak selama itu jika dijalani dengan keikhlasan karena di hadits lain yang sanadnya dipermasalahkan oleh para ulama hadits dikatakan jika adzan selama 7 tahun maka terbebas dari api Neraka.
Selain itu para mu‘adzin dimanapun mendapat do‘a khusus dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
الْإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ اللَّهُمَّ أَرْشِدْ الْأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ
“Imam sebagai penjamin sedangkan mu‘azin sebagai orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para imam dan ampunilah para muazin.” (HR. At-Tirmidzi no. 207, Abu Daud no. 517 dan Ahmad no. 7484)
Masya Allah begitu besar pahala dan ampunan bagi seorang mu‘adzin, sebuah pekerjaan ringan akan tetapi sering ditinggalkan bahkan seringkali cenderung saling dorong menyuruh orang lain untuk mengerjakannya. Semoga kita pun bisa ikut mencontoh dan meneladani kisah Bilal bin Rabbah sang penyeru adzan Rasulullah ﷺ, aamiin aamiin ya rabbal alamin.
Demikianlah artikel ini admin akhiri, semoga bermanfaat buat kita semua terutama buat diri admin pribadi. nantikan artikel lainnya hanya di Jaka Adhitea Blog.
Wa akhiran, Undzur Maa Qoola Walaa Tandzur Man Qoola....
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
0 Response to "Keutamaan Seorang Mu‘adzin"
Post a Comment