Menjelang akhir kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Islam kian menyebar di berbagai penjuru Arab. Wilayah kekuasaan yang semakin luas ternyata membuat iri seorang pemimpin dari Yamamah. Ia khawatir wilayah kekuasaannya semakin terjepit, ia pun mengklaim dirinya sebagai Nabi agar bisa menjadi penguasa. Dialah Musailamah al-Kadzab.
Musailamah adalah pemimpin Bani Hanifah di Yamamah, wilayah yang terletak di Saudi Timur. Gelar al-Kadzab diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dia adalah seorang pendusta besar. Maka ketika kejayaan Islam mulai memasuki wilayahnya, ia pun menjadi khawatir wilayahnya kekuasaannya direbut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berbekal ketaatan masyarakat terhadap dirinya, ia pun menyatakan diri sebagai utusan Allah subhanahu wa ta‘ala.
Sejarah menyebutkan fisiknya itu kecil dan tidak besar secara wajahpun ia dikatakan jelek dan jauh dari kata tampan, tetapi dia punya kemampuan memimpin atau kepemimpinan. Yang kedua disebutkan bahwa Musailamah itu kelebihannya adalah orangnya sangat dermawan. Maka dengan inilah Musailamah mengendalikan masyarakatnya. Musailamah al-Kadzab, dia mengaku sebagai Nabi hanya satu masalahnya yaitu dia ingin tetap berkuasa dan dia ingin melebarkan kekuasaan. Karena Nabi itu perangkatnya adalah wahyu yang didapat dari Tuhan, maka dia pun juga mengaku mendapat wahyu dari Tuhan.
Layaknya seorang Nabi yang mendapatkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta‘ala, Musailamah juga mengaku mendapatkan wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Ia juga mencoba membuat bahasa yang menandingi Al-Qur‘an, salah satu ayat yang digubah Musailamah adalah kalimat yang menceritakan hewan katak. Berkaitan dengan peristiwa inilah maka turun sebuah ayat yang menjadi asbabun nuzul turunnya firman Allah subhanahu wa ta‘ala:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: ‘Telah diwahyukan kepada saya’, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: ‘Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah’.” (QS. Al-An‘am : 93)
Musailamah membuat sendiri ayat tapi dengan aroma Al-Qur‘an, dengan gaya Al-Qur‘an. Sedangkan kalau Al-Qur‘an dalam surat Al-Adiyat Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman yang menceritakan tentang kuda. Musailamah membuat ayat kurang lebih sama dengan lirik yang mirip tapi tidak ada artinya sama sekali, artinya kosong dan tidak ada nilainya. Sangat jauh sekali dibandingkan Al-Qur‘an, beberapa kalimat yang dibuat Musailamah antara lain, demi para wanita yang mengadoni kue, demi mereka yang membuat adonan kue itu, demi para pembuat roti dan demi mereka yang memakannya, ini sama sekali tidak ada maknanya dan ini hanya sebuah urusan makan.
Dengan jumlah pengikut yang semakin banyak, Musailamah semakin percaya diri menyatakan kenabiannya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah. Ia mengirim surat pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta wilayah kekuasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun membalas surat Musailamah dengan menambah gelar “PENDUSTA”, gelar al-Kadzab inilah yang kemudian dikenal pada diri Musailamah hingga saat ini.
Baca juga artikel:
Nadhr bin Harits (Menantang Al-Qur‘an Dengan Logika)
Nadhr bin Harits (Menantang Al-Qur‘an Dengan Logika)
Meski bersikeras mengaku dirinya seorang Nabi, sikap Musailamah tak sedikit pun menunjukkan perilaku seorang pembawa risalah. Hal ini ditunjukkan saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seorang sahabat yaitu Habib bin Zaid yang merupakan putra dari Ummu Imarah untuk mendakwahi Musailamah al-Kadzab sang Nabi palsu. Habib bin Zaid sang utusan justru mendapat perlakuan tak manusiawi, ia disiksa hingga menemui ajalnya.
Tanggal 12 Rabi‘ul awal tahun 11 Hijriah umat muslim berduka. Muhammad sang utusan Allah subhanahu wa ta‘ala telah menyelesaikan tugas kenabiannya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Kesedihan ini justru menjadi angin segar bagi Musailamah, ia menganggap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewarisi kenabian pada dirinya. Abu Bakar Ash Shiddiq yang kemudian dibai‘at menjadi khalifah segera mengambil tindakan dengan membentuk operasi penumpasan gerakan murtad. Lalu diutuslah pasukan pertama di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahal untuk menumpas Musailamah, namun pasukan Ikrimah belum mencapai hasil yang diharapkan. Abu Bakar lantas mengutus pasukan Khalid bin Walid untuk menambah kekuatan pasukan muslim. Ummu Imarah yang putranya menjadi korban kekejian Musailamah juga tak ketinggalan mengambil peran.
Sementara itu di Yamamah, Musailamah mendapat kabar bahwa kaum muslimin akan kembali menyerang. Tak hanya itu, Sajjah binti al-Harits sang Nabi palsu perempuan juga ingin menyerang Musailamah. Namun Musailamah tak kehilangan akal, ia pun menikahi Sajjah hanya untuk berkoalisi mengalahkan muslimin.
Sajjah datang dari Irak bermaksud ingin menyerang Musailamah, karena Musailamah ketakutan karena ia juga sedang berhadapan dengan pasukan muslimin yang juga datang menyerangnya, kemudian Musailamah mendatangi Sajjah dengan maksud untuk menikahinya. Musailamah berkata, “mahar pernikahannya adalah Tuhan telah berkata kepadaku bahwa shalat sudah diringankan dari 5 waktu menjadi 3 waktu dan waktu yang tidak dishalati lagi adalah waktu Subuh dan waktu Isya”, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memang telah menyampaikan bahwa dua waktu ini adalah waktu shalat yang paling berat bagi orang-orang Munafik.
Maka sampailah hari itu, hari dimana pertempuran Yamamah meletus, 40.000 pasukan Musailamah berhadapan dengan pasukan muslim di bawah komando Khalid bin Walid. Peristiwa ini tercatat sebagai pertempuran terbesar umat muslim melawan gerakan murtad, pertempuran pun berlangsung sengit!!
Pasukan muslimin berhasil menggetarkan musuh hingga mereka bersembunyi dibalik benteng dan menutup pintu benteng rapat-rapat. Namun keberanian pasukan muslimin yang luar biasa tak menghalangi aksi mereka meski terhalang tembok. Al-Barra’ bin Malik seorang mujahid muslim berinisiatif memanjat tembok!! Dengan keberaniannya ia berhasil masuk ke sarang musuh hingga berhasil membuka gerbang benteng!!
Keberanian dan semangat jihad umat muslim semakin membuat pasukan Musailamah kian terjepit. Akhirnya sebuah lesatan tombak dari tangan Wahsyi, seorang mantan budak yang dulu membunuh Hamzah di perang Uhud membuat Musailamah sang Nabi palsu akhirnya tewas.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
“Dan ditengah-tengah ummatku akan ada tiga puluh pendusta, semuanya mengaku nabi padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku.” (HR. At Tirmidzi)
Salah satu orang yang mengaku Nabi adalah Musailamah dan dia bukan orang terakhir yang mengaku Nabi, mulai bermunculan para pendusta bahkan hingga hari ini kita masih mendengar ada orang yang berani mengaku dirinya sebagai Nabi. Dia mengaku Nabi dan mempunyai pengikut bahkan seperti Musailamah yang mengaku bahwa dirinya mendapat wahyu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengatakan, “ujung dari semua ini adalah si orang bermata juling”, siapa yang dimaksud ialah Dajjal sang pendusta paling besar. Dialah ujung dari semua kedustaan para Nabi palsu, jadi para Nabi palsu adalah awal pembuka dari kehadiran Dajjal.
وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Dan ditengah-tengah ummatku akan ada tiga puluh pendusta, semuanya mengaku nabi padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku.” (HR. At Tirmidzi)
Salah satu orang yang mengaku Nabi adalah Musailamah dan dia bukan orang terakhir yang mengaku Nabi, mulai bermunculan para pendusta bahkan hingga hari ini kita masih mendengar ada orang yang berani mengaku dirinya sebagai Nabi. Dia mengaku Nabi dan mempunyai pengikut bahkan seperti Musailamah yang mengaku bahwa dirinya mendapat wahyu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengatakan, “ujung dari semua ini adalah si orang bermata juling”, siapa yang dimaksud ialah Dajjal sang pendusta paling besar. Dialah ujung dari semua kedustaan para Nabi palsu, jadi para Nabi palsu adalah awal pembuka dari kehadiran Dajjal.
Gerakan murtad yang dibawa Musailamah sang pendusta besar telah dibersihkan di masa khalifah Abu Bakar, namun gerakan pembelokan aqidah akan terus terjadi hingga akhir masa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewasiatkan kepada umatnya untuk memiliki ilmu agar tidak tersesat dalam kebodohan, seperti halnya kebodohan yang disebarkan oleh Musailamah al-Kadzab.
Demikianlah kisah tokoh penting di dalam sejarah Islam ini admin akhiri, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah mereka dan tentunya tidak melupakan kisah dan sejarah mereka yang mulai pudar dan hilang oleh majunya zaman dan teknologi. Nantikan kisah Tokoh dan Sejarah Islam serta peristiwa penting lainnya hanya di Jaka Adhitea Blog.
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
0 Response to "Musailamah Al-Kadzab Sang Nabi Palsu"
Post a Comment