Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang kembali bagi para sahabat sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Sebuah blog sederhana yang menjadi sarana berbagi ilmu pengetahuan islami agar selalu mendapatkan taufik dan hidayah Ilahi, aamiin aamiin ya rabbal alamin....
Teman atau sahabat bisa menjadi cerminan diri kita, cukup dengan melihat bersama siapa saja kita bergaul maka seperti itulah diri kita. Kalau kita biasa berteman dengan seseorang yang buruk perilakunya maka seperti itulah kita, karena sekalipun kita tidak mengikuti keburukannya tapi kita telah ridha dengan keburukan teman kita. Begitu pula sebaliknya kalau kita biasa berkumpul dengan orang yang baik perilakunya dan baik ibadahnya, maka kebaikan itu akan berdampak positif bagi diri kita. Kenyataan ini telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam paparkan di dalam sabdanya:
ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦُ ﻣَﺮْﺁﺓُ ﺃَﺧِﻴْﻪِ
“Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin.” (HR. Abu Daud)
Allah subhanahu wa ta‘ala menciptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus ruh tersebut, diantara sifat ruh adalah dia tidak mau berkumpul dan bergaul dengan selain sejenisnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan hakikat ini dengan bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang berkelompok. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama menjelaskan hadits ini disabdakan Nabi saat kaum Muhajirin tiba di Madinah, diantara kaum Muhajirin itu ada seorang wanita yang gemar bercanda sehingga selalu membawa keceriaan. Ternyata setibanya di Madinah, wanita tersebut langsung akrab dengan wanita-wanita yang memiliki sifat sama dengannya. Meski baru berkenalan, wanita humoris dari Mekkah itu bisa mudah bergaul dengan sesama wanita-wanita humoris dari kalangan Anshar. Itu sebabnya para ulama mengatakan sekelompok manusia yang berkumpul meski banyak perbedaan, tetapi ruh-ruh di jasad mereka saling mengenal karena suatu perkara yang Allah subhanahu wa ta‘ala tetapkan ketika menciptakan ruh-ruh itu.
Ada juga sebagian ulama yang berpendapat manusia bisa saling akrab, saling cocok dan memiliki perilaku dan memiliki tabiat yang saling bersesuaian. Abdullah bin Mas‘ud radhiallahu ‘anhu berkata: “ruh itu sebuah tentara yang dipersiapkan akan bertemu dengan yang sepadan sebagaimana kuda, apabila dia cocok maka akan menyatu dengannya dan jika tidak maka akan terpisah.”
Hadits ini seolah menjawab pertanyaan banyak orang, mengapa baru satu kali bertemu kita saling cocok. Bisa jadi kita memang sudah ditakdirkan bersahabat dengan seseorang karena Allah sudah menetapkannya semenjak penciptaan ruh, wallahu a‘lam bisshowab...
Tidak mungkin dua orang saling bersahabat jika tidak memiliki persamaan atau kecocokan, sehingga orang mukmin tentunya akan nyaman jika bersahabat dengan orang mukmin. Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan bahwa teman memiliki pengaruh yang amat besar termasuk keimanan. Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Mengutip dari Syaikh Abdul Muhsin al Qasim sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan teman pergaulannya, bahkan manusia saja bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي أَصْحَابِ الْإِبِلِ وَالسَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ
“Keangkuhan dan kesombongan ada pada para penggembala unta, sedangkan ketenangan dan kewibawaan ada pada para penggembala kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini, betapa berpengaruhnya pihak lain pada diri seseorang bahkan binatang sekalipun. Itu sebabnya watak penggembala unta berbeda dengan watak penggembala kambing, itu terjadi karena pengaruh binatang-binatang yang selalu menemani mereka setiap hari. Maka jika dengan hewan saja makhluk yang tidak berakal dan kita tidak tahu apa maksud dari suara yang dikeluarkannya, bisa berpengaruh pada tabiat dan kebiasaan manusia apalagi dengan seorang sahabat, oleh karena itu memilih teman menjadi hal penting dalam Islam.
Artikel terkait:
Jangan Salah Dalam Memilih Pergaulan
Jangan Salah Dalam Memilih Pergaulan
Para ulama sepakat teman yang bisa menjerumuskan pada perbuatan maksiat maka lebih baik menghindari mereka namun jika mampu menunjukkan jalan kebaikan maka akan mendatangkan kebaikan. Banyak dijumpai orang tersadar dan banyak beribadah karena pengaruh yang baik dari teman dan pergaulannya. Hal inilah yang mendasari para ulama yang membolehkan kita bergaul dengan orang yang bermaksiat, inilah cara seorang mukmin menyampaikan nasehat dan menyampaikan kebenaran pada sesama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menggambarkan pertemanan sebagai bau yang menempel di badan kita di dalam sabdanya:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di zaman ini manusia hidup dipermudah dengan teknologi yang memungkinkan bertemu dan berteman dengan siapa saja terutama di media sosial. Islam melalui contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat memberikan nasehat tentang bagaimana mencari teman. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata, “janganlah engkau berteman dengan orang bodoh (jahil) dan jagalah dirinya. Banyak orang bodoh membinasakan orang berakal ketika berteman dengannnya. Manusia diukur dengan manusia bila berjalan dengannya, seperti sandal dengan sandal bila sandal itu berdampingan dengan pasangannya. Sesuatu itu berdampingan ukuran dan kemiripan dengan benda lainnya sedang hati itu menjadi petunjuk hati yang lain bila berjumpa dengannya.”
Kemudian yang tak kalah penting bertemanlah dengan mereka yang berakhlak baik. Orang yang memiliki akhlak buruk tidak bisa mengendalikan nafsunya di waktu marah dan bangkit syahwatnya. Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi : 28)
Alqamah bin milhan radhiallahu ‘anhu berwasiat kepada anaknya menjelang wafat. Ia berkata: “Hai anakku, apabila engkau ingin berteman dengan seseorang, maka bertemanlah dengan orang yang apabila engkau melayaninya dengan perkataan dan perbuatan, ia melindungimu dalam kehormatan, jiwa dan hartamu. Jika engkau berteman dengan, maka ia menghiasimu. Jika engkau tidak mempunyai biaya, maka ia menanggungnya dan mencukupimu.”
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya saudaramu yang sebenarnya adalah yang bersamamu dan yang membahayakan dirinya untuk memberimu manfaat dan yang ketika datang musibah, ia menolongmu ia korbankan dirinya untuk menyenangkanmu.”
Jika para sahabat berlomba-lomba mencari sahabat yang baik dan mulia maka sudah sepatutnyalah kita mengikuti mereka, karena sahabat bisa mencerminkan siapa diri kita. Sebelum memulai mencari sahabat yang baik alangkah baiknya jika dimulai dari diri sendiri, yakni berusaha menjadi teman yang baik dan mulia karena orang yang baik akan bertemu dengan orang yang baik pula.
Barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
0 Response to "Sahabat Adalah Cerminan Diri Kita"
Post a Comment