Uwais Al Qarni (Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Terkenal Di Langit) - Part 1

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat dan pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Kali ini admin akan berusaha menyajikan rangkaian catatan tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah Islam agar tidak tenggelam ditelan oleh pesatnya kemajuan zaman.


Dia bukanlah sosok yang terkenal di masyarakatnya dan dia hidup di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun tak pernah berjumpa dengan sang Nabi. Namun di balik pribadinya yang sederhana, ia amat fenomenal di langit karena keshalehannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutnya sebagai Tabi‘in atau pengikut yang terbaik, dialah Uwais Al Qarni.


Nama lengkapnya adalah Uwais bin Amir bin Jaz‘i Al Qorni Al Muradi Al Yamani. Ia berasal dari suku Qarn di Yaman berada di sebelah selatan Saudi Arabia. Tidak ada keistimewaan dari kehidupan dirinya ia hanya orang biasa yang kesehariannya diisi dengan berdagang dan menggembala unta. Saat Islam mulai menyebar ke seluruh wilayah Arab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengutus para sahabat untuk menyerukan Islam ke Yaman. Melalui utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam inilah Uwais Al Qarni tercatat menerima Islam sebagai keyakinan barunya. Kesungguhannya dalam mempelajari Islam membuktikan kecintaannya terhadap agama yang diemban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hari-hari berikutnya pun Uwais menjalani hidupnya dengan Islam sebagai nafas barunya. Meskipun terpisah ribuan kilometer dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ia selalu menjalankan sunnah Nabi-Nya. Jarak yang jauh antara ia dan sang Nabi tak menghilangkan hasratnya untuk bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia bahkan ingin segera ke Madinah untuk menemani perjalanan jihad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi ia harus menahan keinginan besarnya tersebut karena sang ibunda yang sudah lanjut usia hanya bisa menggantungkan hidupnya pada sang putra tercintanya, yakni Uwais Al Qarni. Uwais pun harus memendam hasratnya dan memilih untuk membaktikan dirinya kepada sang ibunda. Dengan penuh kesabaran dan cinta, Uwais merawat dan memenuhi keperluan ibunya.

Ketika Allah menyampaikan seseorang harus berbakti kepada kedua orang tuanya tetapi yang disebut hanya jasa ibu. Padahal orang tua terdiri dari ayah dan ibu tapi yang disebut hanya jasa ibu, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta‘ala:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)

Semua yang disebutkan hanya jasa ibu. Ibunya mengandung dalam keadaan susah payah, melahirkan pun dalam keadaan susah payah, dari mulai hamil hingga menyapihnya selama 2 tahun. Dari mulai hamil, melahirkan dan menyusui 2 tahun dengan sempurna susuan itu. Begitu luar biasanya seorang ibu, itulah mengapa di dalam Islam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menempatkan posisi seorang ibu 3 tingkat di atas ayah.

Maka dari itu jika diantara para sahabat yang masih memiliki kedua orang tua, ibu dan ayah maka mari kita jadikanlah itu sebagai sebuah pintu kemuliaan sebagaimana pintu yang telah dimasuki oleh seorang Uwais Al Qarni rahimahullah, sehingga dia mendapat gelar khoirul Tabi‘in atau Tabi‘in yang terbaik.

Sang ibunda yang mengetahui keinginan anaknya, akhirnya merestui Uwais untuk bertatap wajah langsung dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan perbekalan seadanya, Uwais pun segera berangkat untuk menemui sang Rasul yang amat dirindukannya.

Kecintaannya kepada sang Nabi membuatnya mampu untuk mengalahkan sulitnya perjalanan yang ia lalui, bahkan keledai yang membawa perbekalan tak sanggup bertahan hingga rubuh tak berdaya karena sulitnya medan perjalanan yang ditempuh. Hingga akhirnya ia pun tiba di Madinah Al Munawwarah, tapi apa daya takdir berkata lain. Harapan Uwais Al Qarni harus kandas seketika karena saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang tidak berada di Madinah. Uwais pun langsung bergegas pulang ke Yaman untuk kembali membaktikan diri pada ibundanya.

Uwais Al Qarni adalah orang yang ketika datang ke kota Madinah untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi ternyata tidak bertemu dengan beliau karena saat itu beliau sedang keluar kota Madinah tapi Uwais datang.

Inilah yang disebut dengan bagian dari takdir seseorang dan menjadi pelajaran buat kita semua, Uwais yang datang jauh dari Yaman dan menempuh perjalanan yang tidak pendek jaraknya tapi begitu ia sampai di kota Nabi ia malah tidak bertemu dengan Nabi dan hal inilah yang membuat seorang Uwais Al Qarni yang hidup di zaman Nabi menjadi sahabat Nabi meskipun ia tidak pernah berjumpa dengan sang Nabi.

Begitu istimewanya sosok seorang Uwais Al Qarni, hingga ketika sampai berita ke telinga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Uwais Al Qarni datang untuk menemuinya, maka beliaupun menceritakannya kepada para sahabat tentang seorang sosok yang begitu fenomenal di langit tapi tidak di bumi ini. Bahkan keberadaan Uwais pun tidak diketahui hingga masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Tapi justru di masa itulah keberadaan Uwais diketahui dan Umar bin Khattab pun bisa bertemu dan bertatap muka langsung dengan seorang sosok yang istimewa ini, karena di masa itu datang rombongan dari Yaman, terjadilah sebuah dialog diantara mereka.

Lalu seperti apa dialog yang terjadi diantara mereka?
Dan apa yang Umar bin Khattab lakukan saat pertama kali bertemu dengan Uwais Al-Qarni?
Nantikan lanjutan kisahnya Uwais Al-Qarni (Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Terkenal Di Langit) - Part 2 hanya di Jaka Adhitea Blog.....

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh......

share this article on

0 Response to "Uwais Al Qarni (Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Terkenal Di Langit) - Part 1"

Post a Comment