Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat dan pengunjung setia jaka adhitea blog, sebuah blog yang akan terus menyajikan lembaran-lembaran kisah tokoh dan peristiwa penting yang tersusun rapi dalam kekayaan sejarah Islam.
Kisah kali adalah lanjutan dari kisah sebelumnya di artikel Uwais Al Qarni (Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Terkenal di Langit) - Part 1, Bagi yang belum membacanya silahkan baca dulu disini. Bagi yang sudah membacanya, mari kita baca lanjutan kisahnya.
Melalui wahyu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui kedatangan Uwais Al-Qarni ke Madinah yang hendak menemuinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menceritakan sosok Uwais kepada para sahabat dan hal inilah yang menjadikan sosok Uwais Al-Qarni terkenal. Keberadaan Uwais terus dicari bahkan hingga memasuki masa kekhalifan Umar bin Khattab.
Di masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu setiap datang rombongan dari Yaman, Ali bin Abi Thalib dan Umar bin khattab radhiallahu ‘anhu selalu berteriak kepada rombongan dari Yaman tersebut, “adakah diantara kalian Uwais?”. Begitu terus menerus ketika ada rombongan dari Yaman datang baik mau berhaji ataupun berdagang, itu saja yang diteriakkan, “apakah ada diantara kalian Uwais?”. Mereka pun tidak tahu bahkan tidak pernah mendengar ada orang hebat yang bernama Uwais di Yaman. Dan akhirnya Umar radhiallahu ‘anhu bisa bertemu dan tahu dengan Uwais Al-Qarni ketika terjadi dialog diantara mereka berdua.
“apakah engkau Uwais?” tanya Umar.
“Ya benar saya Uwais.” jawab Uwais.
“apa engkau berasal dari suku Qarn?” tanya Umar.
“ya, saya dari Qarn.” jawab Uwais.
“apa engkau dari Murad?”. tanya Umar.
“ya benar, saya dari Murad.” jawab Uwais.
“apa engkau mempunyai ibu?”. tanya Umar.
“ya, saya mempunyai ibu.” jawab Uwais.
“apa engkau mempunyai bekas belang di badanmu karena penyakit kulit?” tanya Umar.
“ya benar, tapi aku berdo‘a kepada Allah dan hanya disisakan di pusarku dan disitu menjadi tempat lidah aku bersyukur agar selalu ingat bahwa Allah pernah menyembuhkan aku dari penyakit ini, atas do‘aku atas kenikmatan Allah subhanahu wa ta‘ala.” jawab Uwais.
Setelah berdialog maka Umar pun yakin dan Umar mengatakan, “wahai Uwais do'akan untukku ampunan.”
Uwais pun mengatakan, “wahai Umar, mengapa harus aku yang berdo‘a untukmu, seharusnya engkau yang berdo‘a untukku karena engkau sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, engkau hidup bersama Nabi dan aku bukan sahabat Nabi.”
Tapi Umar tetap memintanya karena sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Uwais bin Amir akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang dirham. Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka akan dikabulkan sumpahnya itu, maka jika kamu dapat memohon agar dia memohonkan ampunan untuk kalian, lakukanlah!” (HR. Bukhari)
Dan akhirnya Uwais pun mengabulkan permintaan khalifah Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Inilah yang disebut dengan terkenal di langit. Uwais tidak dikenal di masyarakatnya karena bukan berada pada strata sosial yang tinggi tapi Uwais seseorang yang sangat dikenal di langit. Dari situlah kemudian turun ke lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu disampaikan kepada para sahabat karena terkenal kebaikannya.
“apakah engkau Uwais?” tanya Umar.
“Ya benar saya Uwais.” jawab Uwais.
“apa engkau berasal dari suku Qarn?” tanya Umar.
“ya, saya dari Qarn.” jawab Uwais.
“apa engkau dari Murad?”. tanya Umar.
“ya benar, saya dari Murad.” jawab Uwais.
“apa engkau mempunyai ibu?”. tanya Umar.
“ya, saya mempunyai ibu.” jawab Uwais.
“apa engkau mempunyai bekas belang di badanmu karena penyakit kulit?” tanya Umar.
“ya benar, tapi aku berdo‘a kepada Allah dan hanya disisakan di pusarku dan disitu menjadi tempat lidah aku bersyukur agar selalu ingat bahwa Allah pernah menyembuhkan aku dari penyakit ini, atas do‘aku atas kenikmatan Allah subhanahu wa ta‘ala.” jawab Uwais.
Setelah berdialog maka Umar pun yakin dan Umar mengatakan, “wahai Uwais do'akan untukku ampunan.”
Uwais pun mengatakan, “wahai Umar, mengapa harus aku yang berdo‘a untukmu, seharusnya engkau yang berdo‘a untukku karena engkau sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, engkau hidup bersama Nabi dan aku bukan sahabat Nabi.”
Tapi Umar tetap memintanya karena sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ
“Uwais bin Amir akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang dirham. Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka akan dikabulkan sumpahnya itu, maka jika kamu dapat memohon agar dia memohonkan ampunan untuk kalian, lakukanlah!” (HR. Bukhari)
Dan akhirnya Uwais pun mengabulkan permintaan khalifah Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Inilah yang disebut dengan terkenal di langit. Uwais tidak dikenal di masyarakatnya karena bukan berada pada strata sosial yang tinggi tapi Uwais seseorang yang sangat dikenal di langit. Dari situlah kemudian turun ke lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu disampaikan kepada para sahabat karena terkenal kebaikannya.
Semenjak saat itu Uwais menjadi orang yang dikenal di masyarakatnya, banyak orang yang mencarinya untuk meminta do‘anya dan Uwais Al-Qarni menjadi kebanggaan orang Yaman. Namun Uwais memilih untuk hidup tidak terkenal, ia mengasingkan diri dan hidup dalam kesederhanaan. Sejarah tak banyak mencatat tentang keberadaan Uwais dan setiap ketenaran yang menghampirinya, Uwais bahkan selalu berpindah tempat untuk mengasingkan diri. Sejarah mencatat terakhir ia bermukim di Kuffah di zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Di hadapan Allah subhanahu wa ta‘ala, Uwais Al-Qarni pun seorang yang istimewa disebabkan oleh ibadah dia yang luar biasa. Uwais Al-Qarni pernah disebutkan bahwa beliau saat itu mengatakan bahwa kalau sudah memasuki waktu malam dan mulai tiba waktu malam. Kemudian beliau menetapkan bahwa di malam itu bahwa ini adalah malam untuk aku ruku’ yang lama di hadapan Allah subhanahu wa ta‘ala, maka di malam saat dia melaksanakan shalat malam atau qiyamul lail maka dia memperpanjang ruku’ di dalam shalatnya. Di malam yang lain ketika malam sudah mulai datang kemudian dia menetapkan bahwa malam ini aku akan sujud yang lama di hadapan Allah subhanahu wa ta‘ala dan di malam itu ia memperpanjang sujud di dalam shalatnya.
Hal ini pun merupakan kebaikan dan kemuliaan seorang Uwais Al Qarni, ia pun menyumbangkan apa yang tersisa. Dia bukan orang kaya tetapi dia menyumbangkan makanan yang tersisa yang dia miliki yang masih bisa dimakan orang lain. Tidak ada yang tidak diberikannya dia memberikan sisa minum yang masih bisa dinikmati oleh orang lain yang membutuhkan. Dan inilah yang seharusnya menjadi pelajaran buat kita semua bahwa di setiap harta yang halal yang kita miliki tersimpan jatah untuk orang lain.
Hal ini pun merupakan kebaikan dan kemuliaan seorang Uwais Al Qarni, ia pun menyumbangkan apa yang tersisa. Dia bukan orang kaya tetapi dia menyumbangkan makanan yang tersisa yang dia miliki yang masih bisa dimakan orang lain. Tidak ada yang tidak diberikannya dia memberikan sisa minum yang masih bisa dinikmati oleh orang lain yang membutuhkan. Dan inilah yang seharusnya menjadi pelajaran buat kita semua bahwa di setiap harta yang halal yang kita miliki tersimpan jatah untuk orang lain.
Di bulan Saffar pada tahun 37 Hijriah terjadi perang Siffin yang melibatkan dua kubu pasukan muslimin, Ali bin Abi Thalib dan Mu‘awiyyah bin Abu Sufyan. Di perang ini kehadiran Uwais Al-Qarni kembali dicatat sejarah. Ia datang untuk terlibat dan menggenapi jumlah pasukan yang berbai‘at pada khalifah Ali bin Abi Thalib. Di peperangan inilah Uwais Al-Qarni menemui ajalnya sebagai seorang yang syahid.
Untuk itulah Uwais Al-Qarni dikenal Allah subhanahu wa ta‘ala, maka dia mempunyai banyak hak di sisi Allah salah satunya do‘anya mudah dikabulkan. Bahkan disebutkan Hasan al-Basri rahimahullah yang juga merupakan seorang ulama Tabi‘in yang diriwayatkan dari salah satu riwayat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang dapat memohonkan ampunan kepada banyak orang, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sebaik-baik tabi'in, adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” (HR. Muslim)
إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ
“Sebaik-baik tabi'in, adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” (HR. Muslim)
Demikianlah kisah Uwais Al Qarni (Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Terkenal Di Langit Ini) admin akhiri. Semoga kisah ini bisa membuat kita semua menjadi lebih taat kepada kedua orang tua kita terutama kepada ibu kita dan walaupun yang diutamakan adalah ibu, itu bukan berarti kita melupakan jasa seorang ayah karena tanpa ayahpun kita tidak akan ada di dunia ini. Semoga kita menjadi anak yang shaleh dan shalehah, aamiin aamiin ya rabbal alamin....
Nantikan peristiwa penting dan kisah Tokoh Dan Sejarah Islam lainnya hanya di Jaka Adhitea Blog, barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.....
share this article on
0 Response to "Uwais Al Qarni (Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Terkenal di Langit) - Part 2"
Post a Comment