Belajar Dari Sebuah Kekurangan Diri


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia blog ini. Saya selaku admin hadir kembali untuk berbagi kisah inspiratif, semoga menginspirasi dan menjadi motivasi aktifitas anda hari ini.


Ada sebuah kisah nyata tentang seorang anak yang di bully sejak kecil, sang anak bernama Jamil. Jamil di bully bukan karena fisik, bukan karena sesuatu tapi ia di bully karena kekurangan yakni berupa kemiskinan. Bully itu sendiri tidak hanya berbentuk fisik tapi juga perkataan. Menyakiti dengan perkataan, menghina, mencibir dan setiap hari Jamil mendapatkan bully di sekolah.

Jamil bercerita kepada ayahnya: “setiap hari saya di bully di sekolah ayah, saya dibilang miskin, saya bercita-cita menjadi orang hebat, menjadi Insinyur. Tapi guru dan teman-teman malah menertawakan saya ayah, mereka bilang pada saya, ‘kalau bermimpi jangan tinggi-tinggi ntar kalau kamu jatuh jadi sakit, jadi Jamil mendingan kamu tidak usah bercita-cita tinggi’. Begitu kata guru saya ayah, gimana ayah setiap hari teman-teman saya mengejek saya, membully saya dan mengatakan saya anak orang miskin. Bagaimana saya bisa sukses yah jika saya semiskin ini ayah, ayah kenapa ayah tidak menjadi orang kaya saja ayah. Kenapa ayah juga hanya bekerja sebagai seorang petani, kenapa ayah tidak seperti ayah teman saya yang sebagai seorang pengusaha, orang kaya dan kenapa ayah hanya seperti ini saja. Saya malu ayah di bully terus setiap hari.” kata Jamil sambil menangis.

Akhirnya suatu hari ayah Jamil yang sedang menanam jagung membawa Jamil ke kebun. Dan hari itu menjadi hari yang tak akan pernah terlupakan seumur hidup Jamil. Pelajaran yang sangat berharga dari ayah Jamil untuk mengajak Jamil untuk ikut menanam jagung bersamanya.

Sang ayah berkata kepada Jamil: “nak ayah akan memasukkan benih jagung ke dalam tanah dan ayah akan menutupnya dengan tanah.”

Jamil pun berkata: “ayah, kenapa ditutup dengan tanah? Kasihan jagungnya, nanti jagungnya tidak bisa tumbuh kalau ditutup dengan tanah.”

Sang ayah menjawab: “tidak nak, justru jagung ini akan tumbuh kalau ditutup dengan tanah.”

“tapi kan kasihan jagungnya ayah.” sahut Jamil.

“walau bagaimana pun ayah harus tetap menutup jagung itu dengan tanah, karena kalau tidak ditutup dengan tanah maka dia akan dipatok ayam, dimakan burung atau diserang binatang lainnya. Jadi benih jagung ini harus ditutup dengan tanah.” ayah Jamil menjelaskan.

Sang ayah pun mulai menasehati dan memotivasi Jamil agar kembali semangat menghadapi ejekan dan hinaan teman-temannya di sekolah.

Sang ayah berkata: “Jamil anakku, jagung ini ditutup dengan tanah begitu juga dengan hidup kamu nak. Engkau di bully dengan teman-temanmu tapi engkau harus tetap tumbuh. Nanti akan ada teman-temanmu yang mengolok-olokmu, seperti ayam yang akan mematok benih jagung ini. Pasti akan banyak teman-temanmu yang mengejek dan mencaci maki kamu seperti benih jagung ini. Tapi ingat nak, kamu akan tetap tumbuh jika engkau terus dipupuk dan disiram. Ketahuilah nak, pupuk itu adalah engkau harus terus tetap belajar dengan baik di sekolah dan engkau disiram dengan cara apa, dengan cara bergaullah dengan baik dengan teman-temanmu.”

Sampai sekarang pun Jamil tidak akan pernah melupakan pelajaran yang diberikan sang ayah. Ia bertekad untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan bergaul bersama teman-temannya dengan baik.

Para pembaca sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta‘ala, akhirnya apa yang terjadi? Masa sekolah pun selesai, seiring dengan waktu masa SMA selesai, Jamil pun lulus dan mendapatkan beasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) salah satu Institut yang terbaik di Indonesia. Dan berkat keteguhannya akhirnya Jamil menjadi seorang Insinyur yang dikenal dengan nama Insiyur Jamil Azzaini.

Insinyur Jamil Azzaini adalah seorang Insinyur hebat di Indonesia, seorang motivator sekaligus seorang penceramah juga. Beliau pun juga menjadi seorang pengajar di berbagai Universitas ternama. Beliau mampu mengatasi bully dan mampu membangkitkannya untuk bangkit dari keterpurukannya. Allah pun sudah mengingatkan kita di dalam Al-Qur‘an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al Hujurat : 11)


Demikianlah kisah sang Insinyur Jamil Azzaini yang bisa menjadikan cacian dan hinaan menjadi sebuah motivasi bagi dirinya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Semoga kisah ini pun bisa ikut memotivasi para pembaca terutama buat diri saya pribadi agar tidak mudah terpuruk karena kekurangan yang kita miliki, karena dibalik kekurangan yang kita miliki pasti ada sebuah kelebihan yang telah Allah subhanahu wa ta‘ala titipkan di dalam diri kita.

Semoga bermanfaat, Barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

share this article on

0 Response to "Belajar Dari Sebuah Kekurangan Diri"

Post a Comment