Keluarga Yasir (Keluarga Idaman Dunia Dan Akhirat) Part 2

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat dan pengunjung setia jaka adhitea blog, sebuah blog yang akan terus menyajikan lembaran-lembaran kisah tokoh dan peristiwa penting yang tersusun rapi dalam kekayaan sejarah Islam.

Kisah kali ini merupakan kisah lanjutan dari artikel sebelumnya, bagi yang belum membacanya silahkan dibaca terlebih dahulu di sini.
Mari kita simak lanjutan kisahnya.....


Di suatu perkampungan, Yasir, Sumayyah dan Ammar terus disiksa sampai mereka mau mengejek Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mau memuliakan berhala. Namun tak sedikit pun iman mereka tergoyahkan, sementara itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan umat muslim lainnya tak mampu berbuat apa-apa. Sebab tak ada wahyu yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan perlawanan, mereka juga tak bisa dibebaskan karena status mereka bukanlah budak. Hanya kesabaran dan janji kebahagiaan di akhirat yang diterima keluarga Yasir.

Di dalam Islam kita semua tahu bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan bergerak dan bertindak kecuali atas bimbingan Al-Qur‘an atau wahyu. Saat itu belum diizinkan untuk melakukan perlawanan, jadi yang ada saat itu hanyalah bersabar dan bersabar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menguatkan kepada Ammar dan keluarga besarnya, Nabi berkata, “bersabarlah hai keluarga Yasir, karena tempat kalian semua adalah di Surga.”

Subhanallah, satu keluarga yang saat masih hidup sudah dijanjikan kelak akan berkumpul bersama di Surga Allah subhanahu wa ta‘ala. Bukankah ini kebahagiaan tertinggi bagi setiap keluarga muslim, apa gunanya sebuah kebahagiaan di dunia, hidup serba menyenangkan tapi di akhirat mereka dipisahkan oleh Neraka bahkan mereka dikumpulkan di dalam Neraka. Lalu apa yang bisa membuat mereka bersama dan berkumpul adalah iman mereka dan kesabaran mereka dalam mempertahankan iman apapun resiko yang akan mereka hadapi.

Iman yang telah merasuk ke dalam hati dan jiwa keluarga Yasir membuat siksaan demi siksaan yang diterima seolah tak berarti. Bagi mereka keimanan adalah hal yang paling mahal dan tak bisa ditukar dengan apapun. Bahkan di tengah siksaan yang tengah mereka dihadapi, Sumayyah berani melawan Abu Jahal dengan meludahi wajah Abu Jahal !!!

Akibat tindakan Sumayyah ini, Abu Jahal tidak mampu membendung emosinya dan membunuh Sumayyah di depan kedua mata Yasir dan Ammar dengan sangat kejam. Kematian Sumayyah dalam mempertahankan aqidahnya ini, menjadi kematian syahid di dalam Islam.

Sumayyah radhiallahu ‘anha disebutkan oleh ulama sebagai awal syahid sekaligus syahidah pertama di dalam Islam. Dimana ini menjadi pelajaran bahwa wanita juga mendapat keluasan untuk beramal, untuk berkarya dan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta‘ala seperti laki-laki. Islamlah agama yang memposisikan para wanita pada posisi yang paling pas dan paling nyaman. Dia tidak di posisi terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan fitrahnya bahkan menyulitkan dia dan tidak memposisikan wanita dalam posisi yang rendah sehingga wanita akan ternodai kehormatannya.

Islam memposisikan wanita pada posisi yang sangat tepat. Dia tidak perlu masuk ke dunia laki-laki sebagaimana laki-laki tidak boleh masuk ke dunia wanita, karena bumi ini tugasnya sangat banyak dan besar maka Allah subhanahu wa ta‘ala membagi tugas antara laki-laki dan wanita. Sejak kedatangan Islam itulah, wanita mendapat kemuliaan dan kehormatan di tempatkan di posisi yang paling mulia bahkan sebagai sejarah yang mahal buat kita, kalau berbicara tentang penghormatan wanita maka tidak ada duanya dibandingkan Islam, dimana kita tahu bahwa Sumayyah adalah wanita pertama yang mati syahid di dalam sejarah Islam.

Tak lama setelah itu, Yasir pun wafat menyusul kepergian sang istri tercinta. Wafatnya kedua orang tua di depan mata Ammar, meninggalkan pilu yang mendalam di hati Ammar. Sementara itu para tokoh Quraisy terus mengancamnya dengan siksaan yang tak manusiawi. Ammar yang tak kuasa menahan derita dan kesedihan yang mendalam akhirnya terpaksa mengucapkan kalimat murtad. Abu Jahal dan tokoh Quraisy lainnya pun merasa puas hingga membebaskan Ammar !!!

Namun tidak bagi Ammar, kalimat murtad yang terlanjur terucap justru menyisakan penyesalan yang lebih mendalam baginya.


Inilah yang paling mahal bagi kehidupan orang beriman. Apakah iman ini akan digadaikan, tak ada yang bisa menghargainya karena dia begitu mahalnya. Maka Ammar pun sedih luar biasa, inilah orang beriman yang mempertahankan imannya dengan sekuat tenaga. Saat dia tergelincir dan terpeleset dia sedihnya luar biasa seperti Ammar bin Yasir. Maka peristiwa inilah yang menjadi asbabun nuzul turunnya sebuah ayat yang menjadi sebuah kaidah besar di dalam Islam, dimana Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman;

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. ” (QS. An Nahl: 106)
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas.]

Ayat ini menjelaskan jika ada seseorang yang murtad atau dianggap murtad setelah keimanan mereka kecuali orang yang dipaksa murtad tapi hatinya tetap yakin dan tetap teguh dengan keimanannya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa ayat yang diturunkan kepada beliau ini ternyata Allah menyampaikan bahwa orang-orang yang terpaksa murtad tapi hatinya masih penuh dengan iman, maka mereka bukanlah orang-orang yang murtad. Dan Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu bahkan mendapat kalimat tambahan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “kalau mereka memaksamu lagi, maka ulangi hal yang sama dan itu tidak ada masalah.”

Kenapa bisa begitu? Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tahu bahwa hatinya Ammar bin Yasir adalah hati yang tetap kokoh dengan keimanannya. Akan tetapi pembahasan tentang masalah dipaksa atau terpaksa, itupun harus ada ukurannya. Jangan mudah pula untuk menjadikan “terpaksa” sebagai alasan karena semua itu ada ukurannya. Terpaksa dalam batas seperti apa, pemaksaannya seperti apa, ancamannya sejauh apa. Kalau ancamannya bisa sampai sejauh menghilangkan nyawa seseorang karena nyawa di dalam Islam sangat mahal harganya, maka dalam keadaan seperti itu yang haram pun diizinkan karena kondisi darurat.

ﺍﻟﻀَّﺮُﻭْﺭَﺍﺕُ ﺗُﺒِﻴْﺢُ ﺍﻟﻤَﺤْﻈُﻮْﺭَﺍﺕ

“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang diharamkan.”

Ammar bin Yasir pun tetap hidup sebagai seorang muslim. Setelah pembebasannya, ia bergabung di barisan terdepan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membela Islam. Tidak ada lagi yang mampu menghalanginya untuk membela dan menyebarkan Islam bersama para sahabat lainnya, sebab iman sudah tertanam jauh di dalam jiwa hingga jiwa berpisah dengan raga. Rahimahullah keluarga Yasir...


Demikianlah kisah keluarga Yasir ini admin akhiri, semoga kita bisa meneladani dan mencontoh keluarga ini dalam membentuk keluarga idaman dunia dan akhirat. Nantikan kisah peristiwa penting serta Tokoh dan Sejarah Islam lainnya hanya di Jaka Adhitea Blog.

Barakallahu fiikum.....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

share this article on

0 Response to "Keluarga Yasir (Keluarga Idaman Dunia Dan Akhirat) Part 2"

Post a Comment