Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Kali ini saya selaku admin kembali menyapa para pembaca untuk membuka cakrawala Islam dunia dengan merujuk pada Al-Qur‘an dan sunnah rasul. Semoga bermanfaat dan menjadi ladang amal dan pahala untuk saling berwasiat dalam kebajikan, aamiin ya rabbal alamiin.
Menjelang bulan Ramadhan banyak fenomena kejadian menarik di sekitar kita salah satu diantaranya adalah fenomena bermaaf-maafan, hal ini pun sudah menjadi tradisi di negeri Indonesia ini selain tradisi Ziarah Kubur Menjelang Bulan Ramadhan. Menjelang Ramadhan seperti ini banyak sekali yang berkunjung ke rumah orang tua, sanak saudara, tetangga maupun teman bahkan bermaaf-maafan ini banyak sekali bertebaran di jejaring sosial.
Dari sumber yang beredar di jejaring sosial hal ini harus dilakukan berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun sayangnya hadits yang beredar ini tidak ada perawinya, hadits yang populer bukan berarti hadits tersebut shahih. Yang perlu menjadi catatan kita adalah bermaaf-maafan secara umum merupakan amal shalih yang sangat dianjurkan, Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ” (QS. Al-Baqarah : 109)
Demikian juga bahwa di ayat lain disebutkan memaafkan orang lain adalah sifat orang yang bertakwa, sementara tujuan kita berpuasa adalah juga agar menjadi orang yang bertakwa. Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. ” (QS. Ali Imran : 133-134)
Pada dasarnya meminta maaf disyari‘atkan dalam agama dan dilakukan dengan segera dan tidak perlu menunggu waktu ataupun event tertentu. Kapan saja kita berbuat salah kita harus segera meminta maaf karena kita tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput, karena jika ajal menjemput dan kita masih memiliki kesalahan maka celakalah kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Dalam hadits ini jelas agama mengajarkan untuk meminta maaf jika berbuat kesalahan kepada orang lain. Kalimat “hari ini” pada hadits ini menjelaskan meminta maaf dapat dilakukan kapan saja dan yang paling baik tentu saja meminta maaf dengan segera karena kita tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput.
Namun jika ditelusuri lebih jauh mengapa muncul trend bermaaf-maafan menjelang Ramadhan, salah satunya alasannya adalah bulan Ramadhan adalah bulan yang mensucikan dosa sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang menegakkan Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kalau Allah subhanahu wa ta‘ala sudah menjanjikan pengampunan dosa maka kita tinggal memiki bagaimana meminta maaf kepada sesama manusia, sebab dosa yang bersifat langsung kepada Allah subhanahu wa ta‘ala pasti akan diampuni sesuai apa yang dijanjikan-Nya tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia? Jangankan orang yang menjalankan Ramadhan bahkan orang yang mati syahid sekalipun jika masih mempunyai sangkutan dosa kepada orang lain tetap belum bisa masuk Surga. Oleh karena itu biar bisa dipastikan semua dosa terampuni maka selain meminta ampun kepada Allah di bulan Ramadhan juga meminta maaf kepada sesama manusia bisa lebih lengkap. Berdasarkan alasan inilah mengapa tradisi bermaaf-maafan menjelang bulan Ramadhan sangat populer di tanah air.
Meskipun tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan bermaaf-maafan menjelang Ramadhan akan tetapi tidak ada salahnya orang-orang melakukannya. Memang seharusnya bukan pada momentum bulan Ramadhan saja meminta maaf itu dilakukan, akan tetapi dilakukan kapan saja dan kepada siapa saja. Idealnya yang dilakukan bukan hanya sekedar berbasa-basi saja meminta maaf atau memaafkan, tetapi juga menyelesaikan semua urusan seperti hutang dan lainnya agar saat kita memasuki Ramadhan sudah dalam keadaan bersih dari segala sangkutan kepada sesama manusia.
Dengan demikian bermaafan boleh dilakukan kapan saja menjelang Ramadhan, sesudahnya maupun di luar bulan Ramadhan. Jadi bisa disimpulkan kebiasaan bermaaf-maafan menjelang bulan Ramadhan ini hanyalah sebagai kegiatan untuk memanfaatkan momentum Ramadhan agar lebih berarti dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan niat untuk merusak dan menambahi masalah agama.
Demikianlah artikel fenomena bermaafan menjelang Ramadhan ini admin akhiri, semoga kita semua bisa memasuki bulan Ramadhan dengan hati yang saling memaafkan agar kita bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan baik dan tanpa adanya kesia-siaan, aamiin aamiin ya rabbal alamin.
Jangan lupa untuk membaca artikel Islam lainnya hanya di Jaka Adhitea Blog. Akhir kata barakallahu fiikum, wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
0 Response to "Fenomena Bermaafan Menjelang Bulan Ramadhan"
Post a Comment