Jangan Salah Dalam Memilih Pergaulan


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat dan pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Saya selaku admin kembali hadir ke hadapan anda untuk berbagi pengetahuan dan saling menasehati dalam kebajikan.


Penyesalan seseorang di hari kiamat adalah ketika ia memanggil teman-temannya, “ayo kawan mari kumpul disini”, namun setelah mereka berkumpul ternyata mereka salah tempat. Ternyata rombongan Rasulullah berjalan bersama orang lain mengarah ke Surga dan ternyata rombongan mereka berada di suatu tempat yang mungkin akan mengarahkan mereka ke Neraka. Mereka menyesal kenapa dulu aku bergaul denganmu, kenapa aku berteman denganmu, aku salah gaul, kenapa aku tidak bergaul dengan orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, begitu pikir mereka.

Ada sebuah kisah yang pernah diceritakan di radio Saudi Arabia pada tahun 2005. Seorang pemuda berkata, “saya bertaubat, saya benar-benar bertaubat, saya taubatan nasuha kepada Allah subhanahu wa ta‘ala karena sebuah kejadian mengerikan terjadi kepada saya.”

Sang pemuda memulai kisahnya, “ayah saya adalah seorang ulama, ayah saya sangat mencintai saya, ayah saya tidak pernah lupa saat subuh akan pergi ke masjid ayah saya mampir dulu ke kamar saya mengetuk pintu sambil berkata, “nak, bangun nak, ayo shalat nak.”

Saya pun menjawab, “siap ayah, saya bangun.”

Tapi ketika langkah kaki ayah saya sudah melangkah keluar rumah, saya melanjutkan tidur saya dan saya menarik selimut dan saya tidak shalat sekalipun.

Hobi saya traveling, maka pada suatu hari saya dan teman-teman saya pergi ke pinggir pantai. Rencananya kami ingin menyelam tapi karena kemampuan menyelam saya tidak terlalu bagus, maka oleh teman-teman saya hanya ditugaskan untuk menjaga barang-barang di kemah.

Di tempat itu memang banyak orang yang sedang berkemah, di sebelah kami juga ada sekumpulan pemuda yang juga sedang berkemah, bersantai, berpiknik dan menikmati indahnya pantai. Lalu terdengar suara adzan, sekelompok pemuda tersebut bangun untuk shalat. Karena saya malu dilihat orang, maka saya pun mencoba untuk menceburkan diri ke laut. Entah kenapa saya malas sekali untuk shalat, orang yang tidak terbiasa untuk shalat bahkan untuk shalat satu kali pun mereka akan malu. Karena kenapa? Karena mereka tidak terbiasa untuk datang ke masjid, sama halnya seorang perempuan yang tidak terbiasa mengenakan hijab, maka mereka pun akan malu saat mengenakan hijab untuk pertama kalinya.

Akhirnya saya menceburkan diri untuk menyelam ke lautan. Tapi entah mengapa shalat mereka sangat lama sekali sehingga saya pun semakin lama di dalam laut. Dan apa yang terjadi? Saya merasa ada yang menarik kaki saya ke bawah lautan. Saya tertarik dan makin tertarik dan merasa tenggelam di dalam lautan. Air mulai memasuki rongga mulut saya dan hidung saya mulai kemasukan air.


Saat itu juga saya melihat seluruh orang-orang yang pernah saya temui di muka bumi, saya melihat ayah saya yang pernah menangis saat mengajak saya shalat, saya melihat wajah ibu saya yang menangis saat mengingatkan saya untuk shalat. Saya mengingat semua orang yang pernah berbuat baik kepada saya. Dan saya juga mengingat berapa shalat yang saya tinggalkan, berapa tahun saya tidak pernah shalat, berapa tahun saya tidak pernah puasa, saya mengingat itu semua dan tiba-tiba saya merasa inilah yang namanya sakaratul maut.

Dan akhirnya waktupun berlalu, saya mencoba membuka mata saya dan ternyata saya sudah berada di pinggir pantai. Teman-teman saya berkata, “alhamdulillah kamu selamat, tentara disana menyelamatkan kamu.”

‘apa tentara? Kok bisa ada tentara disini.’ pikir saya di dalam hati. Ketika saya sadar handphone saya berbunyi setelah saya lihat ternyata dari ayah saya lalu langsung saya angkat, “assalamu‘alaikum ayah.”

“walaikumussalam, kamu dimana nak, apakah kamu baik-baik saja, perasaan ayah tidak enak.” tanya ayahnya.

“saya baik-baik saja ayah.” jawab saya. Saya tidak mau mengatakan apa yang terjadi sebenarnya agar ayah tidak syok.

Saya pun pulang ke rumah, saya membuka pintu dan ayah langsung memeluk saya dan bertanya lagi, “apakah kamu benar baik-baik saja wahai anakku?”

“wahai ayahku, saya baik-baik saja.” jawab saya.

“tidak anakku, kamu tidak baik-baik saja, ayah merasakan hal itu.” kata ayah saya.

Lalu akhirnya saya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saya. Ayah saya berkata, “wahai anakku, tahukah tadi ayah sedang menjadi imam shalat di masjid. Ketika ayah berada pada sujud terakhir, ayah mendengar suaramu memanggil-manggil ‘ayah, ayah, tolong anakmu ayah. Ayah, ayah, anakmu janji shalat dan puasa, anakmu janji akan bertaubat ayah, cepat tolong anakmu ini wahai ayah’. Kemudian ayah memanjangkan sujud dan meminta kepada Allah supaya Allah selamatkan dirimu nak.” Saya pun memeluk ayah dan menangis ternyata ayah masih mendengar suara saya.


Sahabat Jaka Adhitea Blog, mungkin kesempatan seperti ini hanya datang kepada anak muda ini yang ada di Mekkah. Mungkin saja kesempatan ini tidak datang kepada kita, mungkin saja orang tua kita tidak seshaleh orang tua anak ini dan bagaimana pula jika kita memanggil-manggil tapi ternyata yang mendengar adalah Malaikat maut dan langsung mencabut nyawa kita, kita tidak punya kesempatan untuk kembali lagi. Hanya gara-gara salah bergaul kita bisa rusak dan menyesal di hari akhir. Na‘udzu billahi min dzalik....

Allah subhanahu wa ta‘ala pun sudah mengingatkan kita agar tidak salah memilih teman dan juga pergaulan.

Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (٢٧) يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (٢٨) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (٢٩)

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama rasul. Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku), sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur'an) ketika (Al-Qur'an) itu telah datang kepadaku. Dan setan tidak mau menolong manusia.” (QS. Al Furqan : 27-29)

Hafizhanallah wa hadaanallah....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

share this article on

0 Response to "Jangan Salah Dalam Memilih Pergaulan"

Post a Comment