Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Kali ini admin akan berusaha menyajikan rangkaian catatan tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah Islam agar tidak tenggelam ditelan oleh kemajuan zaman.
==========================================
Hari itu Abu Thalib tertegun, tak disangka Muhammad yang selama ini ia asuh dengan penuh kasih tiba-tiba datang dan menyampaikan kalimat yang aneh di telinganya. Keponakan yang ia cintai ini mengaku utusan Allah bahkan mengajaknya beriman kepada Allah dan hari akhir. Mana mungkin Allah yang selama ini ia yakini sebagai Tuhan yang maha besar, mengutus seorang manusia. Namun ia dikagetkan dengan reaksi berlebihan saudaranya itu, yaitu Abu Lahab yang langsung menolak dengan tegas keponakannya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Suasana mencekam, Abu Thalib segera bertindak karena keutuhan keluarga jauh lebih penting dari apapun di dunia ini. Ia akan membela dan melindungi Muhammad dari kekhawatiran Abu Lahab bahkan bakal terjadi huru-hara di kalangan Quraisy jika berita itu tersebar. Di tengah kebingungannya ternyata Muhammad telah meninggalkan tempat menuju bukit Shafa. Mendengar itu Abu Thalib dan Abu Lahab segera bangkit mendatangi bukit Shafa di dekat Ka‘bah. Kekhawatiran Abu Thalib terjadi, Muhammad mengumumkan kerasulannya dirinya dan menyeru kepada seluruh keluarga besarnya agar beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta hari kebangkitan. Di depan mata Abu Thalib, seluruh keluarga besar Quraisy menolak bahkan mencacinya, bahkan Abu Lahab saudaranya sendiri mencaci dan menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Peristiwa celaan Abu Lahab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat menyampaikan seruan pertamanya di bukit Shafa menjadi asbabun nuzul turunnya surat Al Lahab ayat 1-5.
Abu Thalib kini tidak tahu harus berbuat apa tapi satu yang kini harus dilakukan, ia akan menjaga dan melindungi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari ancaman kaumnya. Inilah wasiat dari mendiang ayahnya yakni Abdul Muthalib, agar ia menjaga keselamatan Muhammad sekalipun ia harus mempertaruhkan nyawanya. Peristiwa yang mengguncang hati ini mengingatkan Abu Thalib pada perjalanan dagangnya ke Syam bersama Muhammad kecil beberapa tahun silam. Saat bertemu dengan seorang rahib yang tengah menunggu kemunculan Nabi akhir zaman, sang rahib menyuruhnya kembali ke Mekah karena jika bertemu dengan Yahudi maka Muhammad kecil akan dibunuh. Seluruh tanda Nabi akhir zaman telah ada pada diri keponakannya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sekalipun Abu Thalib masih meragukan kerasulan Muhammad, namun sebagai pewaris kebesaran keluarga Abdul Muthalib dan Bani Hasyim, Abu Thalib akan terus mendukung seruan Muhammad. Satu persatu keluarga Nabi pun beriman kepada Allah dan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Berawal dari sang istri Khadijah, sahabatnya Abu Bakar as-shiddiq, Ali bin Abi Thalib dan sejumlah pemuda lain dari keluarga besar Quraisy serta penduduk Mekah dari golongan lemah. Kaum Quraisy pun berang, tidak ada jalan lain kecuali mengadukan pada Abu Thalib untuk menghentikan dakwahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di rumah Abu Thalib para pemimpin Quraisy justru diajak beriman hingga membuat mereka semakin marah. Abu Thalib tetap bersimpati pada pendirian ponakannya yang menolak menghentikan dakwahnya, bahkan Abu Thalib bersumpah untuk tetap melindunginya.
Abu Thalib adalah orang yang sangat baik bahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Harta, kedudukan bahkan nyawanya sekalipun dikorbankan untuk melindungi keponakannya satu ini. Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam paham kalau semua kebaikan itu tidak ada artinya di sisi Allah jika tidak dilandasi dengan kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAH”. Jadi seandainya ada orang yang berbuat baik tapi tidak berlandaskan kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAH”, maka kita bisa bercermin dari kisah Abu Thalib, semua itu tidak ada nilainya di sisi Allah subhanahu wa ta‘ala, wallahu alam bishowab.
Gelombang penduduk Mekah yang beriman terus meluas. Tidak ada yang bisa kaum Quraisy lakukan selain mencaci dan menyakiti kaum beriman yang beribadah di depan Ka‘bah, sementara untuk menindak Muhammad tidak ada satupun musyrik Quraisy yang berani membunuhnya karena perlindungan Abu Thalib yang memiliki kedudukan tinggi dan terhormat di Mekah. Kaum Quraisy pun kembali mendatangi Abu Thalib dengan menyerahkan pemuda tampan agar ditukar dengan Muhammad untuk dibunuh. Tindakan yang justru membuat marah Abu Thalib apalagi ia dituding telah beriman kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Thalib memang tetap dengan agama nenek moyangnya, namun melihat ancaman serius Quraisy pada Muhammad membuatnya semakin waspada.
Abu Thalib pun pergi untuk memberi peringatan pada keponakannya agar berhati-hati dengan kaum Quraisy. Hingga suatu hari Abu Thalib dan seluruh keluarga besar Bani Hasyim panik karena Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berada di Mekah, mereka takut Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dibunuh kaum Quraisy. Abu Thalib pun merencanakan untuk membalas dendam untuk membunuh para petinggi Mekah jika Muhammad terbunuh di tangan mereka.
Di tengah kepanikan Abu Thalib, datang kabar bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan selamat karena berada di luar Mekah bersama sahabatnya Abu Bakar ash-Shiddiq. Namun begitu Abu Thalib dan keluarga besar Bani Hasyim tetap mendatangi kaum Quraisy dan Abu Thalib memberi peringatan keras jika berani mengusik Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam apalagi membunuhnya maka keluarga Bani Hasyim akan mengumumkan perang. Tidak ada jalan lain untuk menghentikan Muhammad karena perlindungan Abu Thalib.
Situasi yang semakin membuat kaum Quraisy marah dan menyiksa para pengikut Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari golongan lemah. Sementara kaum beriman dari keluarga terhormat dihukum secara tertutup di keluarga masing-masing. Tidak satupun petinggi Quraisy diam, semuanya bertindak menghentikan gelombang Islam bahkan dari pihak keluarga Bani Hasyim sendiri, Abu Lahab beserta istrinya Ummu Jamil tidak henti-hentinya menghasut penduduk Mekah untuk menjauhi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan selalu menyakiti keponakannya sendiri. Situasi ini membuat sedih Abu Thalib, ia memanggil satu-satunya saudaranya yang memusuhi Muhammad yaitu Abu Lahab dan membujuknya agar membela keluarga sendiri. Abu Lahab pun sadar dan siap melindungi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kaum Quraisy tidak kuasa menahan amarah apalagi satu persatu anggota keluarga mereka sendiri telah memeluk Islam. Abu Salamah salah satu keluarga Abu Jahal bahkan memeluk Islam dan dilindungi Abu Thalib. Maka saat mereka mendatangi Abu Thalib tak hanya dirinya yang siap menghalangi kaum Quraisy, Abu Lahab sang paman Nabi sendiri yang semula selalu menyakiti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mulai menunjukkan pembelaannya terhadap Abu Thalib dan keponakannya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun karena hasutan istrinya Ummu Jamil, Abu Lahab kembali memusuhi Muhammad dan bergabung dengan kaum Quraisy untuk membunuh keponakannya sendiri.
Kaum Quraisy tidak kuasa lagi menahan diri, semua tindakan untuk mencegah Muhammad telah dihalau Abu Thalib. Abu Jahal dan petinggi Quraisy lainnya pun hilang kesabaran, mereka tidak lagi peduli dengan kebesaran Abu Thalib. Kaum musyrik Quraisy pun siap untuk membunuh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam secara terang-terangan, apapun resikonya bahkan sekalipun harus berperang dengan keluarga Abu Thalib. Mendengar berita itu Abu Thalib pun segera kembali mengumpulkan keluarga besarnya dan memerintahkan untuk bersiaga penuh dari ancaman serius Quraisy Mekah. Maka Abu Thalib segera memerintahkan agar seluruh keluarga Bani Hasyim berlindung di lembah milik Abu Thalib dan menjaga Muhammad dari ancaman Quraisy untuk membunuhnya.
Lalu bagaimana nasib Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarga Bani Hasyim setelah berlindung di lembah milik Abu Thalib?
Akankah mereka selamat dari ancaman Quraisy?
Silahkan baca lanjutan kisahnya di Abu Thalib Dan Misteri Hidayah - Part 2, hanya di Jaka Adhitea Blog.
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
0 Response to "Abu Thalib Dan Misteri Hidayah - Part 1"
Post a Comment