Baju Baru Putri Seorang Khalifah


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia Blog ini. Saya selaku admin kembali hadir ke hadapan anda untuk berbagi pengetahuan dan saling menasehati dalam kebajikan.

Idul Fitri akhirnya telah tiba dan kita patut bergembira menyambut hari kemenangan ini, tapi kita tidak merayakannya dengan berlebihan. Hari Raya Idul Fitri pun identik dengan yang baru, entah itu baju, kendaraan, handphone, dan sepatu baru. Tapi apakah harus seperti itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak kisah berikut ini....

==========================================

Suatu ketika di sebuah rumah terdengarlah isak tangis seorang anak perempuan yang masih kecil yang menangis di atas pangkuan ayahnya di saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Melihat sang anak menangis ayahnya yang seorang amirul mukminin pun bertanya, “wahai anakku, sebentar lagi tiba hari raya. Anak-anak seusiamu bergembira, tapi mengapa engkau malah menangis?

Mendengar pertanyaan ayahnya sang anak pun menjawab, “wahai ayah, bagaimana aku tidak sedih. Semua anak-anak di hari itu memakai baju baru, sementara aku yang merupakan putri seorang amirul mukminin hanya memakai baju lama!”

Mendengar jawaban anaknya tersebut, sang Khalifah yang terkenal adil itu hanya bisa menangis. Tak lama kemudian sang khalifah pergi untuk menemui bendahara Baitul Maal dan berkata kepadanya, “bisakah gajiku bulan depan engkau berikan sekarang?”

Dengan penuh keheranan sang bendahara itu pun bertanya, “wahai khalifah, ada apa gerangan engkau mau mengambil upahmu lebih cepat dari biasanya?”

Sang khalifah pun menceritakan duduk permasalahannya. Setelah mendengar penjelasan tersebut bendahara itu memakluminya seraya berkata, “wahai khalifah, gajimu yang bulan depan bisa saya berikan sekarang tapi dengan satu syarat!”

“apa syarat tersebut?”, sahut sang khalifah.

Bendahara pun menjawab, “Wahai Khalifah, sanggupkah engkau menjamin dirimu hidup sampai bulan depan, agar engkau bisa bekerja dengan gaji yang telah aku berikan di awal?”

Mendengar syarat yang diajukan itu sang Khalifah langsung terdiam dan lekas meninggalkan sang bendahara dan langsung pulang. Setibanya sang khalifah di rumah Anak-anaknya bertanya, “Apa yang terjadi wahai ayah?”

Sang ayah berusaha menjelaskan dengan tenang lalu berkata, “Bisakah engkau bersabar agar kita semua masuk surga, ataukah kamu lebih memilih tak sabar sehingga menyebabkan ayahmu masuk neraka?!”

Sang anak menjawab, “aku sanggup bersabar wahai ayah!”

Mendengar jawaban putrinya sang ayah pun terharu dan langsung memeluk putrinya. Lalu siapakah sang khalifah yang bijak itu? Ternyata ia adalah khalifah sekaligus Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz.

==========================================

MasyaAllah, banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kisah di atas diantaranya:

1. Lebaran bukan berarti harus punya baju baru, mobil baru, handphone baru ataupun yang lainnya. Tapi yang terpenting adalah dengan dilaluinya bulan Ramadhan ini kita telah memperbarui iman kita, salah satunya kita tetap meng-istiqamah-kan amal ibadah yang telah kita kerjakan di bulan Ramadhan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

“Sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara kontinyu walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Di hari lebaran ini mengingatkan kita kembali akan pentingnya saling bermaaf-maafan yang sering kita lupakan di hari-hari selain hari lebaran ini. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

مَا عَفَا رَجُلٌ إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ بِهِ عِزًّا

“Tidaklah seseorang memberikan maaf kecuali Allah akan tambahkan baginya kemuliaan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Hari lebaran pun juga mengingatkan kita agar kita terus menjaga silaturahim baik antara keluarga, sanak famili dan teman-teman kita baik di hari raya maupun di luar hari raya. Diceritakan dari Ubadah bin Ash-Shamit bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَوَاصِلِينَ فِيَّ

“Wajiblah cinta-Ku untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, wajiblah cinta-Ku untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku, wajiblah cinta-Ku untuk orang-orang yang saling berkorban karena-Ku dan wajiblah cinta-Ku untuk orang-orang yang saling bersilaturahim karena-Ku.” (HR. Ahmad)

4. Mengingatkan kita agar tidak mudah mengumbar janji terlebih lagi berhubungan dengan hutang untuk memuaskan nafsu kita dalam merayakan moment hari raya, mengingat salah satu sifat kematian bersifat tiba-tiba. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan di dalam sabdanya akan bahayanya wafat dalam keadaan masih meninggalkan hutang.

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ مَا كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ

“Jiwa seorang mukmin akan senantiasa tertahan selama ia masih memiliki hutang.” (HR. Ahmad)

Semoga kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz dan putrinya bisa menjadi renungan buat kita semua bagaimana seharusnya kita menyikapi Hari Raya Idul Fitri ini dengan tidak berlebih-lebihan.

Akhir kata saya selaku admin Jaka Adhitea Blog mengucapkan, Taqobbalallahu minna wa minkum, minal aidin walfa idzin mohon maaf lahir dan batin, barakallahu fiikum, wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

share this article on

0 Response to "Baju Baru Putri Seorang Khalifah"

Post a Comment