Jangan Remehkan Profesi Ibu Rumah Tangga


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para sahabat sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Saya selaku admin hadir kembali untuk berbagi informasi islami, semoga menginspirasi dan menjadi motivasi aktifitas anda hari ini.

Seringkali kita mendengar wanita menargetkan untuk menikah setelah menyelesaikan kuliahnya atau karir dulu. Para wanita pun acapkali dibuat bingung mau menentukan kuliah, karir atau menikah dulu. Karena banyak yang bilang “untuk apa kuliah kalau nanti ujung-ujungnya berakhir di dapur” atau ketika sang wanita sudah menikah banyak yang berkata “untuk apa gelar sarjanamu kalau ga dipakai”. Perkataan semacam ini seperti meremehkan profesi sebagai ibu rumah tangga, padahal jika kita gali lebih dalam lagi profesi ibu rumah tangga adalah sebuah kemuliaan bagi para wanita.

Agar lebih jelas mari kita simak Kisah Fatimah radhiallahu 'anha saat meminta pelayan tapi ditolak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pernikahan Fatimah az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu Menginjak usia 15 tahun, Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib setelah sebelumnya lamaran Abu Bakar dan Umar untuknya ditolak oleh sang ayah. Bersama Ali, Fatimah turut menjalani hidup dalam kemiskinan, kelaparan, keletihan, dan derita kehidupan. Bahkan mahar tak seberapa dari Ali yang berupa baju besi untuk perang, ia hadiahkan kembali padanya.

Fatimah rela tinggal di rumah suaminya yang tak memiliki perabot. Hanya terdapat kulit biri-biri sebagai alas tidur, bantal berisi sabut tamar, penggiling gandum, ayakan, dan sekantung susu. Letaknya pun jauh dari kediaman Rasulullah. Ketika Rasulullah menikahkan Fatimah, yang beliau persiapkan adalah tempat tidur yang sudah koyak, bantal kulit berisi serat, bejana air dari kulit untuk minum, dan botol.

Setelah menikah dengan Ali bin Abi Thalib urusan rumah tangga diurus sendiri oleh Fatimah. Ia mengurus anak-anak, menggiling biji-biji gandum lalu mengayaknya untuk membuat adonan roti. Sedangkan sejak kecil Fatimah sakit-sakitan. Badannya pun kurus karenanya. Ia merasa kelelahan hingga tangannya pecah-pecah akibat terkena alat penumbuk gandum.

Di dalam hadits yang panjang diceritakan bahwa Fatimah meminta seorang budak wanita di dijadikan pelayan tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberikannya.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنِ الْحَكَمِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى حَدَّثَنَا عَلِيٌّ أَنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا اشْتَكَتْ مَا تَلْقَى مِنْ أَثَرِ الرَّحَى فِي يَدِهَا وَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ فَانْطَلَقَتْ فَلَمْ تَجِدْهُ وَلَقِيَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَأَخْبَرَتْهَا فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ بِمَجِيءِ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا إِلَيْهَا فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا فَذَهَبْنَا لِنَقُومَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَكَانِكُمَا فَقَعَدَ بَيْنَنَا حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِي فَقَالَ أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَا إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا أَنْ تُكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‘far telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al Hakam berkata; saya mendengar Ibnu Abu Laila berkata; telah menceritakan kepada kami Ali; bahwa Fathimah Radhi Allahu ‘anha merasa mengeluhkan rasa sakit akibat alat penggiling pada tangannya, saat itu ada seorang tawanan yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Fathimah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam namun tidak mendapatinya, malah dia bertemu Aisyah Radhi Allahu ‘anha dan menceritakan keadaan itu kepadanya. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang, Aisyah mengabari tentang kedatangan Fathimah kepadanya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang, padahal kami sudah berada ditempat pembaringan, kami pun bangun, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tetaplah di tempat kalian berdua!”. Kemudian beliau duduk di antara kami, sampai saya bisa merasakan dingin kaki beliau dengan dadaku. Beliau bersabda; “Maukah saya ajarkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian minta. Jika hendak tidur, bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbih tiga puluh tiga kali dan bertahmid tiga puluh tiga kali. Hal itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pelayan.” (HR. Ahmad)

Subhanallah.....
Ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengabulkan permintaan Fatimah bukan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyayangi Fatimah, justru Beliau ingin memuliakan Fatimah. Kemuliaan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga di antaranya sebagai berikut:

1. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang lebih mulia dari pekerjaan lain. Sekilas pekerjaan sebagai ibu rumah tangga hanya sekedar diam di rumah, tapi kita harus tahu bahwa Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

ﻭَﻗَﺮْﻥَ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒَﺮَّﺟْﻦَ ﺗَﺒَﺮُّﺝَ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ ﻭَﺃَﻗِﻤْﻦَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺁﺗِﻴﻦَ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓَ ﻭَﺃَﻃِﻌْﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻴُﺬْﻫِﺐَ ﻋَﻨﻜُﻢُ ﺍﻟﺮِّﺟْﺲَ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻭَﻳُﻄَﻬِّﺮَﻛُﻢْ ﺗَﻄْﻬِﻴﺮًا

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab : 33)

2. Seorang ibu rumah tangga bisa secara penuh mengurus rumah tangga, mengurus anak, mengurus suami dan lain sebagainya. Dan semua hal tersebut tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh wanita karir. Sehingga kebutuhan suami dan pendidikan anak dilalaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﺭَﺍﻉٍ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ، ﻓَﺎﻹِﻣَﺎﻡُ ﺭَﺍﻉٍ ، ﻭَﻫْﻮَ ﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ، ﻭَﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻓِﻰ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﺭَﺍﻉٍ ، ﻭَﻫْﻮَ ﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ، ﻭَﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﻓِﻰ ﺑَﻴْﺖِ ﺯَﻭْﺟِﻬَﺎ ﺭَﺍﻋِﻴَﺔٌ ﻭَﻫْﻰَ ﻣَﺴْﺌُﻮﻟَﺔٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻬَﺎ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan atas rakyatnya. Kepala keluarga adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya tersebut. Seorang wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu.” (HR. Bukhari)

3. Wanita yang bisa melaksanakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga adalah wanita yang terbaik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﻗِﻴﻞَ ﻟِﺮَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻱُّ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﺴُﺮُّﻩُ ﺇِﺫَﺍ ﻧَﻈَﺮَ ﻭَﺗُﻄِﻴﻌُﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻣَﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺨَﺎﻟِﻔُﻪُ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎﻟِﻬَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “ Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci ” (HR. An Nasa‘i dan Ahmad)

4. Ketika wanita lebih banyak di rumah aman dari fitnah karena wanita adalah aurat. Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﺍَﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﻋَﻮْﺭَﺓٌ ، ﻭَﺇِﻧَّﻬَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺟَﺖْ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﺘِﻬَﺎ ﺍِﺳْﺘَﺸْﺮَﻓَﻬَﺎ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ، ﻭَﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻻَﺗَﻜُﻮْﻥُ ﺃَﻗْﺮَﺏَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓِﻲْ ﻗَﻌْﺮِ ﺑَﻴْﺘِﻬَﺎ

“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan at-Tirmidzi)

5. Wanita yang ikhlas dan penuh kesabaran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri yang mengurus rumah tangga maka ia akan mendapatkan banyak kebaikan dan pahala.
Nabi mengingatkan di dalam sabdanya;
“Jika seorang wanita melayani suaminya sehari semalam dengan baik, tulus, ikhlas serta dengan hati yang benar, Allah akan mengampuni segala dosanya dan akan dicatat untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan dikaruniakan seribu pahala haji
dan umroh.” (HR. Abu Daud)

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda;
“Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian isteri menyambutnya dengan senyuman, dan bersegera mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa-dosa mereka berdua serta merta berguguran sebelum kedua tangan mereka dilepaskan.” (HR. Abu Daud)

BELAJAR DARI FATIMAH.
Kalau melihat keadaan rumah tangga Fatimah dan Ali mungkin wajar jika Fatimah ingin meminta seorang pelayan. Karena selain seluruh pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri, alat-alat yang digunakan pun masih manual.

Tidak seperti zaman sekarang dimana alat-alat sudah memakai mesin, mau menggiling sudah ada blender, mau memasak sudah ada kompor gas, mau menanak nasi sudah ada rice cooker, mau mencuci pakaian sudah ada mesin cuci, mau menggunakan air sudah ada pompa air, mau membersihkan debu sudah ada vacum cleaner, dan masih banyak lagi bahkan sekarang sudah dilengkapi layanan jasa, jasa delivery dan lain sebagainya. Tapi kenapa kebanyakan para ibu rumah tangga masih banyak yang mengeluhkan semua itu. Dan hal terakhir yang harus kita semua renungkan adalah "jika Fatimah saja ditolak Rasulullah saat meminta pelayan bagaimana dengan kita yang saat ini dikelilingi alat-alat canggih, apakah akan diizinkan memakai pelayan? Jawabannya sudah pasti TIDAK.

Jadi tidak perlu malu dengan profesi ibu rumah tangga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan nasehat kepada putrinya, Fatimah, dengan menjelaskan beberapa kebaikan (pahala) yang bakal diperoleh setiap wanita (isteri), jika dia ikhlas dengan penuh kesabaran menjalankan tugas dan tanggung jawab kehidupan rumah tangganya. Dan yang paling penting jangan pernah merasa atau menganggap profesi “ibu rumah tangga” itu sama seperti pembantu, karena pembantu dan ibu rumah tangga berbeda jauh antara satu sama lain.

Dan semoga para wanita di tanah air kita ini dan di belahan bumi lainnya tidak malu menyandang gelar sebagai seorang ibu rumah tangga tapi justru bangga karena akan banyaknya kebaikan dan kemuliaan gelar sebagai seorang ibu rumah tangga. Aamiin, aamiin ya rabbal alamin.
Barakallahu fiikum, wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.....

share this article on

0 Response to "Jangan Remehkan Profesi Ibu Rumah Tangga"

Post a Comment