Mendulang Pahala Di Bulan Dzulhijjah

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang kembali bagi para sahabat sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Sebuah blog yang menjadi sarana untuk berbagi ilmu islami sebagai tuntunan diri untuk meraih cahaya dan ridho ilahi, Aamiin aamiin ya rabbal alamin.

Diantara kasih sayang Allah azza wa jalla terhadap hamba-Nya Dia menjadikan untuk mereka musim-musim ketaatan, dimana di dalamnya mereka dianjurkan untuk memperbanyak amal shaleh. Walaupun pada hakikatnya ketaatan hakiki itu tidak mengenal musim. Dan diantara musim ketaatan tersebut adalah bulan Dzulhijjah. Berikut ini beberapa amalan yang disunnahkan di bulan Dzulhijjah.

1. Memperbanyak amal shaleh.
Banyak sahabat yang meriwayatkan hadits untuk memperbanyak amal shaleh di bulan Dzulhijjah. Dari Ibnu Abbas ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺃَﻳَّﺎﻡَ ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺭَﺟُﻞٌ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﻣَﺎﻟِﻪِ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺮْﺟِﻊْ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ

“Tidak ada satu haripun yang amalan shaleh di dalamnya lebih dicintai Allah Azza Wa Jalla daripada hari-hari ini.” yaitu sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Ibnu Abbas berkata; Para sahabat bertanya: “begitu juga dengan Jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab: “Termasuk jihad fi Sabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia tidak kembali lagi setelah itu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud dan At-Tirmidzi)

2. Berpuasa pada sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah.
Dari sebagian istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata,

ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺗِﺴْﻊَ ﺫِﻱ ﺍﻟْﺤِﺠَّﺔِ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷَﻬْﺮٍ ﺃَﻭَّﻝَ ﺍﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮِ ﻭَﺧَﻤِﻴﺴَﻴْﻦِ

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan puasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, hari Asyura, tiga hari pada tiap bulan dan hari Senin dan Kamis tiap awal bulan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai)

3. Menjalankan puasa Arafah.
Bila tidak mampu berpuasa 9 hari berturut-turut di awal bulan Dzulhijah, maka jangan sampai melewatkan puasa Arafah. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, lalu beliau bersabda di dalam hadits yang diriwatkan oleh Abu Qatadah:

ﺻَﻮْﻡُ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺮَﻓَﺔَ ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺳَﻨَﺘَﻴْﻦِ ﻣَﺎﺿِﻴَﺔً ﻭَﻣُﺴْﺘَﻘْﺒَﻠَﺔً ﻭَﺻَﻮْﻡُ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺳَﻨَﺔً ﻣَﺎﺿِﻴَﺔً

“Puasa hari 'arafah menghapus (kesalahan) dua tahun; yang telah lalu dan yang akan datang dan puasa 'Asyura menghapus (kesalahan) tahun lalu.” (HR. Muslim)

4. Bertakbir, bertahlil dan bertahmid.
Dari Ibnu Abbas ia mengatakan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺃَﻋْﻈَﻢُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ ﻓَﺄَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺘَّﻬْﻠِﻴﻞِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻜْﺒِﻴﺮِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺤْﻤِﻴﺪِ

“Tidak ada suatu hari yang lebih agung di sisi Allah dan tiada pula hari yang lebih Dia cintai untuk beramal daripada sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah), maka perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Imam Bukhari mengatakan, “Dahulu Umar radhiallahu anhu mengumandangkan takbir di dalam kemahnya di mina, maka penghuni masjidpun mendengarnya, lalu mereka bertakbir, orang-orang dipasarpun ikut bertakbir hingga mina dipenuhi gema takbir.”

Disunnahkan untuk mengeraskan takbir, baik di jalanan, di pasar-pasar, bahkan diatas pembaringan sekalipun sebagaimana praktek yang dilakukan salafus shaleh. Sunnah memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid ini mulai dilalaikan banyak orang tidak hanya orang awam, bahkan orang-orang shaleh pun mulai meninggalkan sunnah ini, tentu ini sangat disayangkan.

Kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi di zaman salafus shaleh. Jadi sudah selayaknya kita menghidupkan kembali sunnah yang mulai dilalaikan banyak orang ini.

5. Melaksanakan qurban.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

ﻓَﺼَﻞِّ ﻟِﺮَﺑِّﻚَ ﻭَﺍﻧْﺤَﺮْ

“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kautsar : 2)

Ibadah qurban tidak sampai wajib tapi hanya sebatas sunnah muakad. Hal tersebut dipertegas oleh perkataan Imam At-Thahawi yang mengatakan:

ﻭﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ـ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ـ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﺘﻀﺤﻴﺔ, ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻋﻤﺮ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻭﻋﺪﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ , ﺧﺸﻴﺔ ﺃﻥ ﻳﺮﻯ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻥ ﺍﻟﺘﻀﺤﻴﺔ ﻭﺍﺟﺒﺔ ،

“Dan yang menunjukkan bahwa ibadah ini tidaklah wajib adalah perbuatan Abu Bakar radhiallahu anhu yang pernah meninggalkan berqurban, demikian juga Umar, Ibnu Abbas dan beberapa sahabat lain radhiallahu anhum. Mereka tidak berqurban karena khawatir orang-orang akan menyangkanya sebagai ibadah yang wajib.”

As-Sya’bi rahimahullah meriwayatkan bahwa Imam Syuraih mengatakan,

ﺭﺃﻳﺖ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ـ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ـ ﻭﻣﺎ ﻳﻀﺤﻴﺎﻥ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺃﻥ ﻳﻘﺘﺪﻯ ﺑﻬﻤﺎ

“Aku melihat Abu Bakar dan Umar radhiallahu “anhu tidak melakukan Ibadah Qurban karena takut orang-orang akan mengikuti keduanya.”

Maksudnya mereka meninggalkannya karena takut orang-orang akan menganggapnya sebagai sesuatu yang dianggap wajib. Adapun Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu anhu yang berbunyi:

ﻣَﻦْ ﻭَﺟَﺪَ ﺳَﻌَﺔً ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﻀَﺢِّ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻘْﺮَﺑَﻦَّ ﻣُﺼَﻠَّﺎﻧَﺎ

“Barangsiapa mendapatkan kelapangan dalam rezeki namun tidak mau berqurban maka janganlah sekali-kali mendekati masjid kami.” (HR. Ahmad)

Hadits tersebut di atas mauquf kepada Abu Hurairah. Bahkan Al-Arna’uth di dalam takhrij Musnad mendhaifkan hadits tersebut dikarenakan adanya rawi yang bernama Abdullah Ibnu Ayyasy, dan beliau dhoif. Meskipun tidak sampai pada derajat wajib tetap saja ibadah ini tidak layak ditinggalkan apalagi disaat Allah memberi kelapangan rezeki kepada kita.

6. Melaksanakan Ibadah Haji bagi yang mampu.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺣِﺞُّ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﺎﻉَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺒِﻴﻠًﺎ ۚ ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﻔَﺮَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻏَﻨِﻲٌّ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ

“........Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Ali Imran : 97)

Hendaklah seorang muslim menyambut musim ketaatan ini dengan taubat yang tulus, tekad yang kuat untuk tidak kembali melakukan dosa serta bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shaleh seperti membaca Al-Quran, Dzikrullah dan amalan baik lainnya. Aamiin...aamiin...ya rabbal alamin.

Demikianlah artikel ink admin akhiri dan jangan lupa untuk membaca artikel islam hanya di Jaka Adhitea Blog. Barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

share this article on

1 Response to "Mendulang Pahala Di Bulan Dzulhijjah"