Nadhr bin Harits (Menantang Al-Qur‘an Dengan Logika) - Part 1


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Kali ini admin akan berusaha menyajikan rangkaian catatan tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah Islam agar tidak tenggelam ditelan oleh kemajuan zaman.

==========================================

Sosok yang satu ini selalu berada di garda terdepan dalam memusuhi Islam bersama Abu Jahal, Abu Lahab, Walid bin Al-Mughiroh dan pemimpin-pemimpin musyrik Quraisy lain yang membenci Islam dan Rasul-Nya.

Dia tidak menggunakan kekejaman dan penyiksaan untuk menghentikan gelombang dakwah Islam yang dianggap merusak tatanan hidup dan keyakinan pagan penduduk Mekah, tapi ia menggunakan cara yang lebih berbahaya yaitu merusak hati dan pikiran umat muslim dengan kecerdasan dan pengetahuannya dengan menjauhkan kaum muslimin dari Nabi-Nya, sosok tersebut ialah Nadhr bin Harits.


Saking gemasnya dengan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang semakin tidak terbendung, Nadhr bin Harits sebagai pemimpin suku Bani Abdudar kelompok suku terkemuka Quraisy berpikir keras untuk menghentikan gelombang Islam. Dengan kecerdasan dan keahliannya dalam bersilat lidah, ia bersekongkol dengan kaum Quraisy untuk meracuni pikiran penduduk Mekah dan muslimin agar tidak terbuai dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka kemanapun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membacakan Al-Qur‘an dan menyeru pada Islam, Nadhr bin Harits mendekatinya dan meminta penduduk Mekah untuk mendengarkan cerita legenda Persia dan Romawi dari dirinya. Ia sesumbar bahwa perkataan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam hanyalah dongeng yang diceritakan pada siang dan sore hari. Syair dan cerita legenda Persia dan Romawi lebih menarik dan lebih indah dari yang diucapkan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kejahatan dan kezhaliman Nadhr bin Harits inilah yang diabadikan di dalam Al-Qur‘an yang sekaligus menjadi asbabun nuzul turunnya ayat ini.

Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَٰذَا ۙ إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala.” (QS. Al Anfal : 31)
[Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Sa‘id bin Jubair]

Nadhr bin Harits melihat cara yang paling efektif untuk melawan Al-Qur‘an adalah dengan menyuguhkan legenda-legenda. Karena itu berhati-hatilah karena bisa jadi itu cara untuk mengalihkan kita dari kisah-kisah di Al-Qur‘an, dari sejarah-sejarah Al-Qur‘an yang pernah terjadi dialihkan dengan menggunakan kisah-kisah fiktif dengan legenda yang tidak pernah ada. Inilah yang harus menjadi perhatian kita semua terutama orang tua dan anak bahwa memusuhi Islam dengan berbagai banyak cara, ternyata memusuhi Islam dengan menggunakan pemikiran dan logika bisa menjadi lebih berbahaya dibandingkan memusuhi Islam dengan menggunakan senjata maupun fisik.

Namun lama-kelamaan penduduk Mekah mulai bosan dengan cerita legenda dan hanyut kembali dengan untaian Al-Qur‘an dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena keterbatasan cerita yang dimiliki, Nadhr bin Harits mencari cara lain untuk menghentikan pengaruh Al-Qur‘an dan Islam serta seruan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka perjalanan dagang yang selalu ia lakukan bersama Khalifah Quraisy sekaligus dimanfaatkan untuk belajar seni musik dan tarian dari Persia dan Romawi yang dianggap bakal menggiurkan penduduk Mekah daripada ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sekembalinya ke Mekah Nadhr bin Harits mengajarkan penduduk Mekah seni musik baru, ia bahkan membayar penari cantik untuk menari dan menyanyikan alunan lagu indah di tempat-tempat berkumpul umat muslim bahkan di tempat rasul berdakwah. Dia yakin dengan seni dan tarian itu dapat memalingkan perhatian dan ketertarikan penduduk Mekah pada Al-Qur‘an dan ajaran Islam. Usaha ini pun ternyata tidak banyak berpengaruh gelombang keindahan Islam yang semakin diminati penduduk Mekah.

Sebenarnya penduduk Mekah secara musik, lagu dan tarian tidak kreatif dan tidak beragam maka Nadhr bin Harits mulai belajar itu dan tujuannya hanya satu untuk memalingkan orang yang sudah mulai tertarik dengan Islam agar tidak tertarik dengan Islam. Logika dia adalah Al-Qur‘an itu ternyata indah, ada kenikmatannya, ada kesyahduannya dan lainnya. Bukankah itu menjadi berhadapan dengan musik yang juga ada kenikmatannya, kesyahduannya dan lagunya. Setiap ada orang yang tertarik mulai kembali dengan rasul dan mendengarkan Al-Qur‘an, maka saat itulah Nadhr bin Harits sudah langsung memerintahkan kepada penyanyi yang disewanya (para perempuan cantik) orang yang mulai tertarik agar didekati, dijamu suguhan makanan, suguhan minuman plus nyayian dan tarian. Itu semua dilakukan agar yang dijamu tahu bahwa kenikmatan bukan bersama Muhammad tapi bersama lagu-lagu ini. Ini juga pelajaran mahal untuk kita semua agar berhati-hati jangan sampai kita dipalingkan dari Al-Qur‘an dengan menggunakan perkataan yang sia-sia, dengan menggunakan lagu dan segala macamnya sehingga kemudian orang-orang berpaling dari Al-Qur‘an.

Begitu bencinya Nadhr bin Harits terhadap dakwah Islam hingga dia rela menghabiskan waktu dan dana untuk mencari pengetahuan yang bisa merusak dan menandingi Islam dan Al-Qur‘an. Ia rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menjadi modal menggagalkan usaha Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebarkan Islam. Tindakan inilah yang menjadi sebab turunnya ayat Al-Qur‘an yang merupakan sebuah bentuk celaan Allah subhanahu wa ta‘ala kepada Nadhr bin Harits.

Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman : 6)
[Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu Abbas]

Mengetahui bahwa Nabi Muhammad membawa wahyu yang merupakan hal yang aneh dan sulit dipahami kaum Quraisy, dia pun pergi ke Persia dan Roma duduk berdiskusi dalam majlis kaum Yahudi dan ahlul kitab. Dalam majlis itu Nadhr bin Harits mempelajari ilmu dalam al-kitab yang pada waktu itu diubah isinya oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Begitu banyak waktu yang dia habiskan dalam majlis sehingga dia memahami isi al-kitab untuk diadu kebenarannya dengan ilmu Nabi Muhammad dari Al-qur’an.

Karena kecerdasan Nadhr bin Harits dia pun menjadi tokoh yang diutus kaum Quraisy untuk mencari kelemahan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka kaum Yahudi Madinah memberikan bekal kepada Nadhr bin Harits dengan tiga pertanyaan, jika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengerti dan tidak bisa menjawabnya maka Nabi Muhammad dinyatakan seorang pembohong.

Orang Yahudi berkata kalau Pertanyaan pertama dan kedua dia (Nabi Muhammad) bisa menjawab dengan lengkap maka dia (Nabi Muhammad) memang benar adalah seorang Nabi, sebaliknya kalau pertanyaan ketiga bisa dijawab dengan lengkap maka dia (Nabi Muhammad) bukanlah seorang Nabi.

Lalu seperti apa pertanyaan yang akan diajukan Nadhr bin Harits kepada Nabi Muhammad?
Lalu bagaimana Nabi Muhammad menjawabnya?
Silahkan baca lanjutan kisahnya di postingan Nadhr bin Harits (Menantang Al-Qur‘an Dengan Logika) - Part 2

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.....

share this article on

0 Response to "Nadhr bin Harits (Menantang Al-Qur‘an Dengan Logika) - Part 1"

Post a Comment