MAKNA DI BALIK HADITS "MENGGENGGAM BARA API"

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Saya selaku admin kembali hadir ke hadapan anda untuk berbagi pengetahuan dan saling menasehati dalam kebajikan.

Berpegang teguh kepada ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat ini memang sangat berat, bagai mereka yang menggenggam bara api. Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


يَأ تِي عَلَى النَّا س زَمَا نٌ الصَّا بِرُ فِيهِمْ عَلَى دِ ينِِهِ كَا الْقَا بِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260)

BERATNYA MENGGENGGAM "BARA API"

Mengapa “bara api”? Karena bara api jika digenggam tentu akan menyakitkan ketika digenggam. Sebagaimana penjelasan syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,


كأنه قابض على الجمر من شدة ما يصيبه من الآلام والشدائد في ذلك، وقت الفتن وقت الأذى من الأعداء

“Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh.”  

Dan ini tentu membutuhkan kesabaran yang sangat. Syaikh Al-Mubarakfuri menukil perkataan Al-Qari,


لا يمكن القبض على الجمرة إلا بصبر شديد وتحمل غلبة المشقة كذلك في ذلك الزمان لا يتصور حفظ دينه ونور إيمانه إلا بصبر عظيم

“Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang sangat dan menanggung kesusahan yang sangat. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabaran yang besar.” (Tuhfatul Ahwadzi 6/445, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, syamilah)

LAKSANAKAN AJARAN AGAMA SEPENUHNYA

Yang namanya “bara api” baru bisa digenggam jika digenggam dengan erat dan langsung, maka bara api akan padam dan ia bisa menggenggam bara api tersebut. Jika disentuh pelan-pelan, maka api tidak akan padam dan bara tidak akan tergenggam. Begitu juga dengan agama. Kalau kita setengah-setengah dalam beragama, maka agama tidak akan bisa kita genggam dengan erat. Dan jika kita mendekat dan menyentuhnya maka akan terasa panas dan kitapun enggan untuk mendekat.

mungkin kita beriman kepada Allah dalam masalah Sholat, kita bisa khusyu’ dalam sholat, tapi bagaimana ketentuan Allah dalam surat lain, misalnya dalam ketentuan menutup ’aurat. Apakah menutup aurat hanya sebatas waktu sholat saja, sedangkan dalam keadaan lain selain sholat, kita dibolehkan membuka aurat ? Bagaimana dengan saudara-saudari kita yang ada di rumah? Apakah mereka sudah menutup auratnya dengan sempurna di waktu selain sholat? itu pertanyaan bagi kita!

contoh dalam banyak aspek lain. Seperti dalam puasa, kita mungkin tiap tahun, begitu Ramadhan tiba, pastilah berlomba-lomba untuk menyemarakkan Bulan Penuh Berkah ini. Kita banyak-banyak beribadah, beramal, berinfak, bershodaqoh, menjaga lisan dan sebagainya, tapi begitu Ramadhan usai, apakah kita bisa melaksanakan dan istiqamah dengan ini semua?

Oleh karena kita diperintahkan agar jangan setengah-setengah dalam beragama akan tetapi masuk ke dalam agama Islam secara sempurna.

Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:


يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا ادْخُلُوْا فِي الْسِّلْمِ

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah : 208)

KETERASINGAN YANG INDAH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاء

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.” (HR. Muslim)

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

السبب في كون القرن الأ ول خير القر ون انهم كانوا غربا ٕ في ايما نهم ل كثرت الكفار حيـٔذ وصبر هم ابى اذاهم و تمسكهم بد ينهم قال فكذ لك اوا خرهم إذا اقا موا الدين وتمسكوا به وصبر وا على الطاعة حين ظهوز المعاصي والفتن كانوا أيضا عندذلك غربا ٕ وذكت أعمالهم في ذلك الز مان كما زكت أعمال أو لـٔـك ويشهد له ما رواه مسلم عن أبي هر يرة رفعه بدأ الإ سلا م غر يبا وسيعوذ غر يبا كما بدأ فطوبي للغر باع

“Sebab yang menjadikan generasi pertama (para sahabat) sebagai generasi terbaik adalah karena mereka ghuroba' (orang-orang yang terasing, minoritas) dalam keimanan mereka disebabkan banyaknya orang-orang kafir ketika itu, dan karena kesabaran mereka atas penderitaan yang mereka hadapi serta berpegang teguhnya dengan agama.”

Seperti itulah generasi akhir mereka (umat Islam yang meneladani para sahabat di akhir zaman), apabila mereka menegakkan agama, berpegang teguh dengannya dan bersabar dalam ketaatan kepada Allah ketika kemaksiatan dan berbagai macam cobaan semakin merajalela, maka mereka juga termasuk ghuroba' dan amalan mereka berlipat ganda di masa tersebut sebagaimana amalan para generasi pertama yang juga berlipat ganda.

Al-'Allaamah Ibnu Baz rahimahullah berkata,

الغر با ٕ هم أهل الا ستقا مت، وان الجنه والسعا دت للغرب ٕ الذ ين يصلحون عند فساد الناس

“Orang-orang yang terasing adalah mereka yang istiqamah (teguh di atas kebenaran), sesungguhnya surga dan kebahagiaan bagi orang-orang terasing, yaitu yang membuat perbaikan ketika manusia banyak yang rusak.” (Fatawa Nur 'alad Darb, 1/14)

BERATNYA UJIAN BERAGAMA DI ZAMAN YANG SULIT INI 
Para ulama juga menjelaskan hadits ini, kelak akan datang zaman dimana banyak kerusakan dan sudah merajalela, kemaksiatan pun dianggap hal yang biasa.


Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa' ia menjelaskan hadits ini,


أنه في آخر الز مان يقل الخير وأ سبا به، و يكثر الشر وأ سبا به، عند ذلك يكون المتمسك با لد ين من النا س أقل القليل. في حالت شدة ومشقت عظيمت، كحا لت القا بض علي الجمر، من قو ت المعار ضين، وكثرة الفتنا المضلة، فتن الشبهات و الشكوك والٕالحا د، وفتن الشهوات والنصر اف الخلق، إلى الد نيا وانحما كهم فيها، ظا هراً وبا طناً

“Pada akhir zaman akan sedikit kebaikan dan sebab-sebabnya, merajalela keburukan dan sebab-sebabnya dan pada saat itu orang yang berpegang teguh dengan agama sangat sedikit jumlahnya. Yang sedikit ini berada dalam kesusahan karena banyaknya fitnah sebagaimana orang yang menggenggam bara api karena banyak yang menentang dan fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat dan condongnya makhluk kepada dunia dan tenggelam dalam kemilau dunia baik dzahir dan batin.” (Bahjah Qulubil Abrar hal. 259, Dar Kutub Al-'Ilmiyah, Beirut, cet. I 1423 H)

Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut orang yang berpegang teguh pada agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api.

Ath Thibiy pun berkata bahwa maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak akan mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ingin berpegang teguh pada agamanya.

Itulah gambaran orang-orang yang konsisten dengan ajaran Islam saat ini, yang ingin terus menjalankan ibadah sesuai sunnah Rasulullah Saw, yang begitu sulit dan begitu beratnya.
Kadang cacian yang mesti diterima, kadang dikucilkan masyarakat sekitar, kadang bahan jadi pembicaraan yang tidak enak. Sampai-sampai ada yang nyawanya dan keluarganya terancam. Demikianlah resikonya, namun nantikanlah balasannya di sisi Allah yang luar biasa bagi mereka yang mau bersabar.

Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

إِ نَّمَا يُوَ فَّى الصَّا بِرُ و نَ أَ جْرَ هُمْ بِعَيْرِ حِسَا بٍ 

“Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)

Sebagaimana disebut dalam Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim karya Ibnu Katsir, Al Auza'i menyatakan bahwa pahala mereka tak terhitung (tak terhingga) juga ditambah setelah itu.

Demikianlah artikel ini admin akhiri, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua, aamiin aamiin ya rabbal alamin. Terima kasih atas kunjungannya dan jangan lupa untuk membaca Artikel Islam lainnya hanya di Jaka Adhitea Blog.

Silahkan share sebanyak- banyaknya. Jangan lupa untuk menyertakan link dan sumbernya.

Sumber: jakaadhitea.blogspot.com/2015/07/makna-di-balik-hadits-menggenggam-bara.html

Wallahu A‘lam, ihdinash-shirathal mustaqim....
Wa akhiran, Undzur Maa Qoola Walaa Tandzur Man Qoola.
“(Lihat apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan).”

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....




share this article on

0 Response to "MAKNA DI BALIK HADITS "MENGGENGGAM BARA API""

Post a Comment