Turunnya Hujan Sebagai Azab Dan Siksa


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Saya selaku admin kembali hadir ke hadapan anda untuk berbagi pengetahuan dan saling menasehati dalam kebajikan.

Dalam banyak peristiwa, hujan terkadang menjadi siksa dan azab dan membawa dampak yang buruk seperti banjir, tanah longsor, pepohonan tumbang bahkan hingga menyebabkan kematian. Hal ini membuktikan walaupun hujan yang turun memang merupakan berkah dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta‘ala tapi tidak semua hujan yang turun itu menjadi berkah dan rahmat bahkan walaupun hujan tetap turun ia tidak membawa keberkahan sama sekali. Hal ini tidaklah heran karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

لَيْسَ السَّنَةُ بِأَنْ لَا تُمْطَرُوا وَلَكِنَّ السَّنَةَ أَنْ تُمْطَرُوا ثُمَّ تُمْطَرُوا فَلَا تُنْبِتُ الْأَرْضُ شَيْئًا

“Bukanlah yang disebut dengan paceklik itu karena tidak ada hujan, namun paceklik itu adalah kalian mendapatkan hujan, kemudian kalian mendapatkan hujan lagi, namun bumi tidak mau menumbuhkan sesuatu.” (HR. Ahmad)

Di beberapa peristiwa, hujan pun juga bisa menjadi azab bagi umat-umat terdahulu salah satunya kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud ‘alaihis sallam ini pun Allah binasakan dengan hujan pasir yang mengubur mereka dan itulah mengapa saat melihat mendung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak langsung merasa senang tapi beliau gelisah dan khawatir apakah hujan yang turun merupakan rahmat atau laknat. Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata:

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ قَالَتْ وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِي وَجْهِهِ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْغَيْمَ فَرِحُوا رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِي وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا { هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا }

“Saya tidak pernah melihat Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat anak lidahnya, beliau hanya tersenyum.” ‘Aisyah berkata; “Apabila beliau melihat awan atau angin maka hal itu dapat diketahui pada wajahnya.” Dia berkata; “Wahai Rasulullah! Apabila orang-orang melihat awan, mereka sangat bahagia berharap supaya turun hujan. Sedangkan saya melihat engkau setiap kali melihatnya tampak kekhawatiran di wajahmu.” Beliau bersabda: “Wahai Aisyah! Saya tidak merasa aman, jangan-jangan isinya mendatangkan siksaan. Telah diadzab suatu kaum dengan angin dan suatu kaum lagi melihat adzab, namun dia malah mengatakan; ‘Ini adalah awan yang mengandung hujan, yang akan menghujani kami (padahal justru awan itu akan mendatangkan siksa)’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَٰذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, ” (QS. Al Ahqaf : 24)


Hujan yang turun sebagai azab tidak hanya ditimpakan kepada kaumnya Nabi Hud Alaihis salam saja tapi juga ditimpakan kepada kaumnya Nabi Nuh Alaihis salam. Hujan yang turun terus menerus menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan semua orang kecuali orang-orang yang beriman bersama Nabi Nuh Alaihis salam.

فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ (١٠) فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ (١١) وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَىٰ أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ (١٢) وَحَمَلْنَاهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ (١٣) تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (١٤)

Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)”. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).” (QS. Al Qamar : 10-14)

Dengan adanya kisah umat-umat terdahulu yang disiksa dengan air hujan maka kita pun bisa mengambil pelajaran dari mereka bahwa hujan bisa menjadi sebuah rahmat dan juga sebuah azab. Untuk itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tuntunan disaat hujan turun agar hujan yang turun bisa memberikan manfaat. Dari ‘Aisyah, bahwa jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“ALLAHUMMA SHAYYIBAAN NAAFI‘AA
(Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat).” (HR. Bukhari)

Barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

share this article on

0 Response to "Turunnya Hujan Sebagai Azab Dan Siksa"

Post a Comment