Bukan Allah Tak Sayang Kepada kita



Di suatu siang yang panas sambil ditemani kipas angin kecil terjadilah obrolan antara si tukang cukur dengan salah satu pelanggannya yang ingin mencukur rambutnya. Pelanggan yang sedang dicukur itu Umar, salah satu alumni sebuah Pesantren ternama. Semakin lama mereka mengobrol makin asyik mulai dari membicarakan hal-hal yang biasa hingga akhirnya si tukang cukur memulai obrolan ke seputar agama.

“Kalau menurut saya, Allah itu tidak benar-benar ada.” ujar tukang cukur memulai.

“Lho kok bisa mengatakan seperti itu pak?” Umar balik bertanya.

“Ya lihat saja kehidupan ini Mas, banyak orang yang hidupnya sengsara, diberikan penyakit penuh dengan masalah, amburadul, bahkan saking beratnya masalah itu ada yang sampai berani bunuh diri. Katanya Allah itu Maha Pengasih yang akan menolong setiap hambanya yang butuh pertolongan, nah buktinya mana mas?” balas si tukang cukur.

Sejenak Umar pun terdiam. Dia tak langsung menjawab. Bukan karena tak mampu menjawab, tapi Umar tengah mencari jawaban yang tepat buat si tukang cukur. Dia sangat ingat pesan gurunya agar bisa menyampaikan setiap hal sesuai dengan nalar lawan bicaranya, agar bisa diterima dengan baik. Seperti yang baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam contohkan saat menasehati seorang pemuda yang meminta izin untuk berzina.

Selang berapa lama, Umar belum juga mendapatkan cara yang tepat untuk menjawab. Saat Si tukang cukur hampir menyelesaikan tugasnya tiba-tiba Umar melihat seseorang tengah duduk di luar tempat cukur rambut. Penampilan dan rambut orang itu begitu acak-acakan dan berantakan. Melihat pemandangan itu akhirnya Umar mendapatkan ide untuk menjawab pertanyaan si tukang cukur.

“Nah Pak, kalau Anda mengatakan Allah itu tidak ada, maka saya juga mengatakan tukang cukur itu tidak ada.” Umar memulai kembali obrolan.

“Lha gimana sih mas ini jelas-jelas saya ada di sini, bahkan lagi mencukur rambutnya mas.” jawab si tukang cukur yang agak kurang paham dengan perkataan Umar.

“Pokoknya saya tetap yakin kalau tukang cukur itu tak ada!!” sahut Umar tetap bersikeras dengan ucapannya.

“Kalau memang tukang cukur itu ada, kok masih ada orang yang rambutnya berantakan?” sambung Umar kembali sambil menunjuk seorang yang duduk tak jauh dari tempat itu.

“Mas ini gimana sih, dia yang di sana itu maksudnya, kalau dia rambutnya berantakan ya jangan salahkan saya, tapi salahkan dirinya kenapa dia tidak mau datang ke tempat ini, coba kalau ia datang ke sini, pasti saya rapikan rambutnya.” jawab Tukang cukur dengan sedikit kesal.

“nah, dengan jawaban bapak tadi, sebenarnya bapak sudah menjawab pertanyaan bapak sendiri.” ujar si Umar.

“maksudnya mas gimana?” Tanya si tukang cukur keheranan.

“maksudnya begini pak, kalau ada orang yang ditumpuk masalah dan hidupnya begitu susah, bukan lantaran Allah itu tidak ada, tapi dikarenakan si pemilik masalah itu sendiri yang tidak mau datang menghadap Allah. Coba kalau ia mau datang, berserah diri, memohon ampun dan pertolongan, Allah pasti menolongnya,” jawab Umar mantap.

Sang Tukang cukur pun akhirnya terdiam seribu bahasa mendengarkan penjelasan Umar tersebut.

HIKMAH DAN KESIMPULAN
Astaghfirullah, seringkali ketika mendapatkan masalah kita menyalahkan Allah dan langsung bersu‘uzhon kepada Allah. Dan tidak menyadari bahwa perbuatan kitalah yang menyebabkan masalah itu datang bertubi-tubi.

Setelah menyalahkan Allah kita lupa untuk datang kepada Allah untuk bertaubat akan dosa dan kesalahan kita serta berdo‘a memohon pertolongan kepada Allah atas masalah yang sedang kita hadapi, karena hanya kepada Allah-lah kita memohon, meminta dan mencurahkan segala permasalahan kita.

Jadi bukan Allah tak sayang dan tak ingat pada kita, tapi kita yang tidak mau berusaha untuk disayangi oleh Allah. Maka dari itu marilah kita berusaha agar menjadi seorang hamba yang di sayang Allah, dengan melaksanakan segala ketaatan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala apa-apa yang menjadi larangan-Nya.

Dari Anas bin Malik dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا تَقَرَّبَ عَبْدِي مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا أَوْ بُوعًا وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam hadits qudsi:
“Aku bergantung pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di tengah orang banyak, maka Aku juga akan mengingatnya di tengah orang banyak yang lebih baik daripada mereka. Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR. Bukhari-Muslim)

Barakallahu fiikum....

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.....

share this article on

0 Response to "Bukan Allah Tak Sayang Kepada kita"

Post a Comment