Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para sahabat sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Saya selaku admin hadir kembali untuk berbagi informasi islami, semoga menginspirasi dan menjadi motivasi aktifitas anda hari ini.
Allah ta'ala mengutus pada setiap umat seorang Rasul sejak zaman Nuh Alaihissalam hingga Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menjalankan sebuah misi suci yaitu memerdekakan semua umat manusia dari penyembahan kepada selain Allah menuju tauhid menyembah kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut’, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl: 36)
Maka Nabi Nuh Alaihissalam mengatakan kepada umatnya,Maka Nabi Nuh Alaihissalam mengatakan kepada umatnya,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat).” (QS. Al-A’raf: 59)
Hal yang sama menjadi inti dakwah Nabi Hud Alaihissalam kepada kaum ad’, beliau menyeru kepada kaumnya,
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa?” (QS. Al-A‘raf: 65)
Begitu pula yang dikatakan nabi Saleh Alaihissalam kepada kaumnya yakni kaum tsamud dan juga yang diserukan Nabi Syuaib, penduduk Madyan. yang didakwahkan oleh seluruh Nabi dan Rasul, hal ini menunjukkan agama para Rasul itu satu dan adanya satu dan kesatuan misi dan visi para Rasul yakni menjadikan umat manusia merdeka dari penyembahan kepada selain Allah dan menyuruh hanya untuk menyembah kepada Allah Semata dan itulah Islam.
Memahami misi Rasul tadi sudah teramat jelas bahwa kemerdekaan dalam pandangan Islam bukan sekedar merdeka dari para penjajah melainkan kemerdekaan untuk menghamba kepada Allah ta'ala, tak ada gunanya penjajah kulit putih angkat kaki tapi saudara sebangsa sendiri malah menjadi penjajah, melarang sesama anak bangsa melakukan ibadahnya kepada Allah Allah Subhanahu wa ta‘ala.
Makna ini dipertegas Rib’i bin Amir ketika diutus panglima besar kaum muslimin Sa’ad bin Abi Waqqash dalam perang Qadisiyyah. Di hadapan Rustum panglima perang bangsa Persia Rib’i bin Amir menyampaikan misi luhurnya, “kami datang untuk kemerdekaan manusia dari penyembahan ke sesama manusia menuju kepada penyembahan kepada Rabb manusia, Allah Ta’ala. Untuk memerdekakan manusia dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan untuk memerdekakan manusia dari kedzoliman menuju keadilan Islam.”
Misi para Nabi inilah yang juga menjadi tujuan hidup jin dan manusia namun sejarah peradaban umat manusia telah terjadi banyak penyimpangan dan penyelewengan. Di antara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, Allah Allah Subhanahu wa ta‘ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 37)
Ada juga yang menyembah para malaikat dan Nabi seperti yang disinggung Allah di dalam firman-Nya:
وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا ۗ أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan tidak (mungkin pula baginya) menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah dia (patut) menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi muslim?” (QS. Ali Imran: 80)
Bahkan banyak juga yang menyembah hawa nafsunya.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS. Al-Furqan: 43)
Para manusia yang melakukan penyembahan kepada selain Allah hakikatnya hati mereka masih terjajah, ia masih menjadi budak dari Tuhan palsu, sungguh sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Begitulah hidup adalah pilihan di antara dua hal, petujuk atau kesesatan, kebaikan atau keburukan, iman atau kufur, kebenaran atau kebatilan. Lalu di akhirat nanti manusia diberikan pilihan dua tempat, surga atau neraka.
Setiap pilihan mempunyai konsekuensi dan pilihan masing-masing. Maka dari itu mari kita bina dan kondisikan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk menjadi manusia-manusia merdeka agar bahagia di dunia dan di akhirat dalam rengkuhan ridho Ilahi.
Demikianlah artikel ini admin akhiri dan jangan lupa untuk membaca Artikel Islam hanya di Jaka Adhitea Blog. Barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
share this article on
0 Response to "Makna Kemerdekaan Dalam Islam"
Post a Comment