Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia Blog ini. Saya selaku admin hadir lagi ke hadapan anda untuk berbagi pengetahuan dan saling menasehati dalam kebajikan.
Ketika seorang laki-laki dan perempuan bersatu dalam ikatan pernikahan ada sesuatu yang mereka harapkan dan mereka inginkan, yaitu kehadiran sang buah hati.
Anak adalah anugrah sekaligus amanah yang dititipkan Allah subhanahu wa ta‘ala kepada setiap orang tua. Para orang tua pun pasti mempunyai cara tersendiri dalam mendidik anaknya, hingga berbagai cara dan upaya dilakukan para orang tua agar anak-anaknya tumbuh sesuai harapan mereka. Tapi walaupun ada yang tumbuh sesuai harapan mereka terkadang ada pula yang tumbuh tidak sesuai harapan mereka. Entah itu faktor kesalahan orang tua dalam mendidik atau dari faktor si anak yang susah untuk dididik.
Setiap karakter kepribadian seorang anak umumnya adalah pengaruh dari bagaimana cara orang tuanya mendidiknya. Sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ﻛُﻞُّ ﻣَﻮْﻟُﻮﺩٍ ﻳُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮَﺓِ ﻓَﺄَﺑَﻮَﺍﻩُ ﻳُﻬَﻮِّﺩَﺍﻧِﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﻨَﺼِّﺮَﺍﻧِﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﻤَﺠِّﺴَﺎﻧِﻪِ ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﺍﻟْﺒَﻬِﻴﻤَﺔِ ﺗُﻨْﺘَﺞُ ﺍﻟْﺒَﻬِﻴﻤَﺔَ ﻫَﻞْ ﺗَﺮَﻯ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺟَﺪْﻋَﺎﺀَ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?” (HR. Bukhari)
Mendidik anak dalam Islam harus didasarkan pada petunjuk dari Allah, yaitu Al-Quran, karena Al-Qur’an tidak hanya membahas tentang kewajiban anak kepada orang tua, namun juga kewajiban orang tua kepada anaknya.
Dan berikut ini beberapa kedudukan anak yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an,
1. Sebagai penyejuk hati kedua orang tua (Qurrata a'yun).
Yaitu anak yang bisa menyejukkan hati kedua orang tuanya, taat beribadah, patuh pada orang tua, serta berakhlak dan berperilaku yang baik.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
2. Sebagai perhiasan dunia (ziinatun).
Perhiasan yang dimaksud adalah bahwa orangtua merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai prestasi yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga orang tua pun akan terbawa nama baiknya di depan masyarakat.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Baca juga : Indahnya Kebesaran Iman Umat Islam
3. Sebagai fitnah/ujian (fitnatun).
Yaitu dimana anak-anaknya selalu terlibat dalam perbuatan yang buruk dan kemaksiatan. Disini anak akan menjadi ujian bagi kedua orang tua.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfal : 28)
4. Sebagai musuh bagi orang tuanya ('Aduwwun).
Yang dimaksud anak sebagai musuh adalah apabila ada anak yang menjerumuskan orang tuanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taghaabun : 14)
Dan tentunya kita semua selalu berharap agar kita dan anak-anak kita termasuk ke dalam golongan anak yang berkriteria Qurrata a'yun, karenanya mulailah koreksi, apakah kita dan anak-anak kita sudah termasuk ke kriteria Qurrata a'yun?
Wallahu a'lam bishowab......
★ KATA MUTIARA ★
Kita semua adalah seorang anak dan mungkin sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa membalas jasa kedua orang tua kita. Tapi minimal kita sebagai seorang anak bisa menjadi tabungan pahala buat kedua orang tua kita ketika mereka telah tiada dengan menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٍ ﻭَﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ ﻭَﻭَﻟَﺪٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻟَﻪُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do'a anak yang sholeh.” (HR. Muslim)
Demikian artikel ini admin akhiri, semoga bermanfaat dan silahkan share sebanyak-banyaknya. Jangan lupa untuk menyertakan link dan sumbernya.
Sumber: jakaadhitea.blogspot.com/2017/01/empat-kriteria-anak-di-dalam-al-quran.html
Wallahu A‘lam, ihdinash-shirathal mustaqim....
Wa akhiran, Undzur Maa Qoola Walaa Tandzur Man Qoola.
“(Lihat apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan).”
Barakallahu fiikum....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
0 Response to "Empat Kriteria Anak Di Dalam Al-qur’an"
Post a Comment