Al-Walid bin al-Mughirah (Menolak Hidayah Karena Pemikirannya)


Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat dan pengunjung setia jaka adhitea blog, sebuah blog yang akan terus menyajikan lembaran-lembaran kisah tokoh dan peristiwa penting yang tersusun rapi dalam kekayaan sejarah Islam.

Ia adalah orang begitu dihormati masyarakat, ia hidup bergelimang harta, banyak keturunan, serta mudah memperoleh apapun yang diinginkan. Namun disaat Rasulullah ﷺ menyampaikan kebenaran padanya ia malah mendustainya. Meski awalnya ia sempat menerima risalah yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ pintu hidayah malah menjauh darinya akibat bisikan duniawi. Dialah otak dari seluruh tindakan Quraisy yang menjuluki nabi Muhammad ﷺ sebagai tukang sihir. Dialah al-Walid bin al-Mughirah yang kisahnya begitu rinci diceritakan di dalam Al-Qur'an.

Al-Walid bin al-Mughirah merupakan pemimpin besar Quraisy yang berasal dari keluarga besar bani Makhzum. Al-Walid bin al-Mughirah mempunyai julukan Raihanah Quraisy yang berarti orang Quraisy yang wanginya semerbak. Julukan ini berdasarkan fakta bahwa al-Walid bin al-Mughirah adalah tokoh yang begitu ditaati oleh masyarakatnya.

Kepemimpinan al-Walid bin al-Mughirah di bani Makhzum disetarakan dengan kepemimpinan Abu Thalib di bani Hasyim yang merupakan keluarga besar Rasulullah ﷺ. Mereka berdua begitu disegani oleh kalangan Arab saat itu dan yang membedakan al-Walid dan Abu Thalib adalah kekayaannya. Berbeda dengan Abu Thalib yang hidup serba pas-pasan al-Walid bin al-Mughirah hidup kaya raya, inilah faktor yang menjadi tingginya posisi al-Walid bin al-Mughirah di masyarakat Quraisy.

Al-Walid bin al-Mughirah adalah orang yang sangat kaya raya bahkan ia menyebut dirinya sebagai orang paling kaya di Quraisy, pemimpin yang sangat tinggi dan tertinggi di masyarakat bani Makhzum, paling senior, secara usia juga paling tua. Orang yang kaya yang kalau ada rombongan kafilah dagang seratus unta pun bisa milik dia sendiri dan lengkap dengan bawaan seratus unta beserta barang dagangan yang masuk ke Mekah melalui berbagai pintu dan begitu masuk adalah unta-untanya al-Walid bin al-Mughiroh. Sehingga ia punya harta, orangnya cerdas, dia ahli syair dan dia adalah pemimpin yang sangat disegani, pemimpin yang sangat tinggi di masyarakat Quraisy bahkan di kalangan keluarga besar bani Makhzum.

Lima tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ sebagai Nabi, masyarakat Quraisy sepakat untuk merenovasi bangunan Ka‘bah sebab kondisi Ka‘bah tak lagi baik akibat terjangan banjir. Selain itu banyak pencuri yang mengambil barang berharga yang disimpan di dalam Ka'bah. Namun yang menjadi masalah adalah para pemimpin Quraisy merasa takut meruntuhkan bangunan Ka'bah meskipun untuk tujuan baik karena mereka masih teringat peristiwa raja Abrahah yang mencoba meruntuhkan bangunan Ka'bah. Maka disinilah al-Walid bin al-Mughirah orang yang pertama kali tampil mencoba meruntuhkan sebagian bangunan Ka'bah. Ia seolah merelakan dirinya sebagai tumbal seandainya Allah murka terhadap rencana Quraisy yang ingin memperbaiki bangunan Ka'bah.

Setelah memastikan dirinya aman barulah masyarakat Quraisy lainnya yang terdiri dari beberapa suku besar berani meruntuhkan bangunan Ka'bah untuk direnovasi. Salah satu sisi bangunan Ka'bah dibangun dari biaya pribadi al-Walid bin al-Mughirah sedangkan sisi lainnya dibangun dari dana kumpulan masyarakat Quraisy.

Namun masalah lain timbul saat masyarakat Quraisy berselisih paham tentang siapa yang pertama kali yang pantas untuk meletakkan batu hajar aswad. Termasuk Al-Walid bin al-Mughirah yang merasa pantas karena ia mengeluarkan dana paling besar dalam proyek renovasi rumah Allah. Hingga solusi itu datang dari seorang pemuda dari bani Hasyim yang mengakhiri persoalan peletakan kembali batu hajar aswad ke tempatnya. Solusi itu datang dari pemuda yang bernama Muhammad yang merupakan calon utusan nabi terakhir itu benar-benar membuat masyarakat Quraisy merasa puas.

Namun ketika masa kenabian menghampiri Rasulullah ﷺ justru sebagian masyarakat Quraisy tidak langsung mempercainya. Mayoritas mereka berasal dari tokoh-tokoh yang dihormati di kalangan Quraisy. Nabi Muhammad ﷺ tetap menjalankan dakwahnya, risalah kebenaran tetap ia sampaikan meski ia mendapat banyak cercaan. Dalam menyampaikan dakwahnya Rasulullah ﷺ tidak melewatkan tokoh-tokoh berpangaruh termasuk al-Walid bin al-Mughirah. Sebab jika al-Walid bin al-Mughirah mau memeluk Islam maka akan dipastikan hampir semua masyarakat dari bani Makhzum akan mengikuti langkahnya.

Pada awalnya Al-Walid bin al-Mughirah percaya bahwa ayat Al-Qur'an yang disampaikan Rasulullah ﷺ adalah benar-benar sebuah mukjizat karena ia yakin bahwa kalam Al-Qur'an tidak akan ada yang mampu ditandingi oleh syair manapun. 

Setelah selesai mendengarkan Rasulullah ﷺ membaca Al-Qur'an Al-Walid bin al-Mughirah mengeluarkan sebuah kalimat. Kalimat ini adalah sebuah kalimat yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an benar-benar sebuah mukjizat karena yang menyampaikan (Al-Walid bin al-Mughirah) bukan muslim dan yang menyampaikan adalah orang kafir orang yang belum beriman pun mengatakan bahwa ini bukan sembarang kalimat dan mengatakan, “Demi Allah, ini bukan perkataan manusia dan juga bukan perkataan jin. Ini adalah kalimat yang begitu tinggi dan tidak ada yang melebihi tingginya karena begitu agungnya, ini adalah kalimat seperti pohon yang akarnya begitu kokoh yang atasnya berbuah dengan sangat lebat dan begitu manisnya.” Kalimat sangat indah inilah yang diabadikan di dalam sejarah dan ini juga menunjukkan betapa Al-Qur'an diakui bahkan oleh orang-orang yang belum beriman sekalipun kemukjizatannya.

Namun keyakinan Al-Walid bin al-Mughirah mulai goyah ketika terhasut oleh salah satu keponakannya yang bernama Abu Jahal. Abu Jahal menganggap dakwah yang disampaikan Rasulullah ﷺ adalah untuk mencari kekuasaan semata. Atas provokasi dari sang keponakan, Al-Walid bin al-Mughirah pun menarik kembali pujiannya terhadap Al-Qur'an.

Abu Jahal mendatangi sang paman Al-Walid bin al-Mughirah dan duduk dengan keadaan wajah yang dibuat terlihat sedih sehingga sang paman bertanya, “kenapa wajahmu terlihat sangat sedih wahai anak saudaraku?”

Abu Jahal pun berkata, “bagaimana aku tidak sedih wahai pamanku, masyarakat sedang mengumpulkan harta untuk diberikan kepadamu dengan maksud agar engkau mengganggu Muhammad.”

Mendengar kalimat ini Wallahu a‘lam meski apa yang dikatakan Abu Jahal sebenarnya tidak pernah terjadi akan tetapi ini adalah sebuah dramatisasi dari seorang Abu Jahal agar sang paman marah dan emosinya tersulut. Maka benar saja Abu Jahal yang paham betul akan pamannya ini lalu Al-Walid bin al-Mughirah marah dan berkata, “apakah kaum Quraisy tidak tahu bahwa saya adalah orang paling kaya di antara mereka dan saya tidak perlu uang itu.”

Maka disaat celah itulah Abu Jahal masuk dan mengatakan, “itulah paman, paman harus mengeluarkan perkataan yang menunjukkan bahwa engkau ingkar dan benci kepada Muhammad.”

Al-Walid bin al-Mughirah berkata, “apa yang harus saya katakan? Demi Allah, tidak ada seorang pun di antara kalian yang lebih tinggi syairnya, sajaknya, ataupun kasidahnya daripada gubahanku, bahkan syair-syair bangsa jin pun tidak ada yang mengungguli aku. Demi Allah, sepanjang yang aku ketahui, tidak ada yang menyerupai ucapan Muhammad sedikit pun. Demi Allah, ucapannya manis, bagus, indah, gemilang dan cemerlang. Ucapannya tinggi, tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Semua yang telah aku ketahui lebih rendah daripadanya.”

Abu Jahal berkata, “kaummu tidak akan senang sebelum engkau menunjukkan kebencianmu kepada Muhammad.”

Sang paman berkata, “beri saya waktu untuk saya berfikir.”

Kemudian proses berfikir inilah yang diabadikan di Al-Qur'anul Karim yang menunjukkan betapa murkanya Allah Swt terhadap pemikiran seorang Al-Walid bin al-Mughirah.

[Diriwayatkan oleh al-Hakim dan disahihkannya yang bersumber dari Ibnu Abbas. Sanad Hadits ini sahih menurut syarat al-Bukhari.]

[Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim.]

Al-Walid bin al-Mughirah lantas berfikir keras untuk memberikan julukan kepada Rasulullah ﷺ dan kalimat suci Al-Qur'an. Hingga sampai akhirnya ia memberikan gelar kepada Rasulullah ﷺ sebagai ahli sihir bahkan menyebut Al-Qur'an sebagai perkataan manusia yang mengandung mantra sihir. Al-Walid bin al-Mughiroh dan para petinggi Quraisy lainnya menyampaikan kepada masyarakat Arab yang datang ke Mekkah agar menjauhi Nabi Muhammad ﷺ.

Al-Walid bin al-Mughirah menutup pintu hati nuraninya sendiri dengan menolak hidayah yang datang kepadanya. Sebab ia yang telah mengetahui mukjizat Al-Qur'an terpaksa mencari cara untuk mendustainya demi mempertahankan gengsinya. Atas tindakannya inilah Allah Swt menjelekkan sosok al-Walid bin al-Mughirah di dalam Kalam mulianya, Al-Qur'an di surat Al-Muddatstsir ayat 11-26. Allah Swt berfirman:

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا (١١)

Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya. (11)

وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا (١٢)

dan Aku berikan baginya kekayaan yang melimpah, (12)

وَبَنِينَ شُهُودًا (١٣)

dan anak-anak yang selalu bersamanya, (13)

وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا (١٤)

dan Aku berikan baginya kelapangan (hidup) seluas-luasnya, (14)

ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ (١٥)

kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahnya. (15)

كَلَّا ۖ إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا (١٦)

Tidak bisa! Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (16)

سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا (١٧)

Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan. (17)

إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (١٨)

Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), (18)

فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (١٩)

maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?(19)

ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (٢٠)

Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? (20)

ثُمَّ نَظَرَ (٢١)

Kemudian dia (merenung) memikirkan, (21)

ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (٢٢)

lalu berwajah masam dan cemberut, (22)

ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (٢٣)

kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (23)

فَقَالَ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (٢٤)

lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), (24)

إِنْ هَٰذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ (٢٥)

ini hanyalah perkataan manusia.” (25)


سَأُصْلِيهِ سَقَرَ (٢٦)
Kelak, Aku akan memasukkannya ke dalam (Neraka) Saqar. (26)

Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa pemikiran, tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang, apa yang dibuat wacana oleh seseorang, jangan dikira bahwa hal ini merupakan bukan sebuah dosa kalau itu kesalahan. Terkadang kita sering menduga bahwa jika sekedar berwacana bukanlah sebuah kesalahan, apabila yang diwacanakan atau dipikirkan merupakan kesalahan itu bisa menjadi lebih buruk, lebih fatal dan berbahaya dibandingkan dengan kejahatan fisik. 

Kenapa bisa begitu, karena kalau kejahatan fisik korbannya bisa jelas dihitung tapi ketika pemikiran yang ditebarkan kita tidak akan pernah tahu berapa banyak orang yang terpengaruh oleh keburukan pemikiran tersebut. Kalau perang pemikiran kita tidak pernah tahu siapa korbannya tapi kalau kejahatan fisik kita bisa tahu siapa korban dan jumlahnya bahkan orang-orang shaleh pun bisa menjadi korban perang pemikiran ini.

Karenanya Allah Swt mengingatkan bahwa orang seperti Al-Walid bin al-Mughirah sangat berbahaya yang mengeluarkan wacana atau pemikiran yang buruk bagi Al-Qur'an dan Rasul-Nya hingga sampai ia menemukan kalimat bahwa kalimat ini bisa untuk memperburuk Al-Qur'an dan Rasulullah ﷺ bahwa Al-Qur'an hanya mantra sihir dan hanya perkataan manusia biasa.

Bersama Abu Jahal dan petinggi Quraisy lainnya Al-Walid bin al-Mughirah selalu terlibat aksi menentang dakwah Rasulullah ﷺ, bahkan ia rela ia menerima usulan agar putranya Umarah bin Al-Walid ditukar dengan Rasulullah ﷺ. Pertukaran ini tak lain dilakukan bertujuan agar petinggi Quraisy dengan leluasa menyingkirkan Rasulullah ﷺ. al-Walid bin al-Mughirah benar-benar telah menolak hidayah yang datang padanya. Ia tidak memeluk Islam hingga akhir hidupnya bukan karena Islam tak pernah menyapanya tapi ia lebih memilih untuk mempertahankan kepemimpinannya.

Al-Walid bin al-Mughirah rela mendustakan kata hatinya bahkan turut serta menjadi dalang besar menentang dakwah Rasulullah ﷺ dengan menebar kebencian di masyarakat Quraisy agar memusuhi Islam. 

Hari ini muslimin sering mendapat stempel atau dicap yang tidak-tidak dan sering mendapatkan gelar yang menyudutkan muslimin, Al-Qur'an dan Rasulullah ﷺ. Kalau kita membaca surat al-Muddatstsir tersebut maka hal itu bukanlah aneh sama sekali karena sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ Al-Walid bin al-Mughirah sudah memberikan stempel atau gelar bahwa Nabi Muhammad ﷺ itu tukang sihir, Al-Qur'an adalah mantra sihir dan hanya perkataan manusia biasa. Dan itu yang ditebarkan kepada tiap suku-suku di berbagai wilayah dan kabilah mereka selalu diberikan kalimat ini agar menjauh dari Nabi Muhammad ﷺ yang sering membaca Al-Qur'an di samping Ka‘bah.

Pemikiran seperti ini tentu bisa menjauhkan muslimin dari Al-Qur'an, karenanya jika muslimin mau belajar dengan baik maka pemikiran semacam ini tidak akan mempan karena adanya ilmu, akan tetapi masalahnya sekarang tidak seluruh muslimin hari ini mempunyai ilmu yang cukup sehingga begitu masuk tidak bisa menyaring, menyatu dalam dirinya sehingga mulai muncul keraguan bahkan mirisnya mulai menyerang Islam padahal dirinya orang Islam.

Seorang al-Walid bin al-Mughirah menyerang dan menyampaikan pemikiran tersebut di samping Darun Nadwah yang berada di samping Ka‘bah. Meskipun begitu pemikiran Al-Walid bin al-Mughirah hanya bisa menghambat sesaat dan tidak bisa menghentikan laju dakwah Rasulullah ﷺ kala itu.


Atas izin Allah Swt keburukan Al-Walid bin al-Mughirah tak diikuti oleh keturunannya. Salah seorang putranya yang bernama Khalid bin Walid justru tercatat sebagai orang yang selalu membela Islam di barisan terdepan. Meski awalnya Khalid ikut memusuhi Islam seperti ayahnya namun hidayah justru membuka pintu hati nurani Khalid. Bahkan Khalid bin Walid menjelma sebagai panglima perang Islam yang begitu fenomenal yang berhasil membuka wilayah-wilayah strategis di dalam perkembangan Islam.

Lalu seperti apakah kisah dan sepak terjang seorang Khalid bin Walid dalam membela Islam? Nantikan kisahnya hanya di Jaka Adhitea Blog.


Demikianlah kisah tokoh dan sejarah Islam ini admin akhiri, semoga kita terkhusus admin pribadi bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut. Semoga kisah perjalanan para tokoh-tokoh penting lainnya tidak tenggelam oleh kemajuan zaman. Nantikan kisah Tokoh dan sejarah Islam lainnya....

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....



share this article on

0 Response to "Al-Walid bin al-Mughirah (Menolak Hidayah Karena Pemikirannya)"

Post a Comment