Sa‘ad Bin Abi Waqqas (Sang Pemanah Jitu Pilihan Rasulullah SAW) - Part 1

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang bagi para sahabat dan pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Kali ini admin akan berusaha menyajikan rangkaian catatan tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah Islam agar tidak tenggelam ditelan oleh kemajuan zaman.

Pada Perang Uhud tahun ketiga Hijriah saat kaum muslimin hampir mengulang kemenangan setelah perang Badar, keadaan justru berbalik. Kesalahan fatal yang dilakukan oleh beberapa pasukan pemanah, membuat Quraisy leluasa menghantam kaum muslimin. Ditambah dengan kabar gugurnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat kubu muslimin semakin panik. Namun di tengah kekacauan yang terjadi, beberapa orang sahabat bergerak sigap dengan melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari setiap tebasan musuh. Selain Ummu Imarah (wanita perisai Rasulullah) salah seorang diantaranya adalah sahabat yang sangat ahli dalam menggunakan panah, dialah Sa‘ad bin Abi Waqqash yang mendapat doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar panahnya senantiasa tepat mengenai sasaran. Dia pula sang ahli Surga yang doanya pasti dikabulkan Allah subhanahu wa ta‘ala.


Nama aslinya adalah Sa‘ad bin Uhaib az-Zuhri, ia juga merupakan seorang Quraisy yang memiliki kekerabatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari jalur ibu. Karena itulah Sa‘ad bin Abi Waqqash sering disebut paman oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meski usianya jauh lebih muda. Di masa kecilnya Sa‘ad bin Abi Waqqash sering menghabiskan waktu untuk membuat anak panah, aktifitasnya inilah yang membuatnya kelak menjadi pemanah hebat di masa hadirnya Islam. Di usianya yang ke-17 tahun Islam hadir di muka bumi melalui seorang dari keluarga besar Bani Hasyim, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di usia remaja itulah Sa‘ad bin Abi Waqqash meyakini Islam sebagai agama yang sebenar-benarnya. Dari riwayat Sa‘ad bin Abi Waqqash sendiri sejarah mencatat bahwa ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam. Keislaman Sa‘ad bin Abi Waqqash di awal waktu membuat ia menjadi satu diantara sahabat yang dijamin masuk Surga. Betapa tidak sebab keislaman orang-orang dimasa awal merupakan pengorbanan besar saat mayoritas masyarakat masih meragukan kebenaran ajaran Islam. Sa‘ad bin Abi Waqqash juga memiliki keistimewaan dalam sikap dan perbuatan dibandingkan sahabat-sahabat lainnya.

Namun keislaman Sa‘ad bin Abi Waqqash mengundang kemarahan sang ibu. Bahkan sang ibu melakukan aksi mogok makan demi mengembalikan keyakinan Sa‘ad bin Abi Waqqash pada ajaran nenek moyang. Namun Sa‘ad bin Abi Waqqash tidak bergeming, ia tetap kokoh mempertahankan aqidahnya meski nyawa mengancam keselamatan sang ibu yang melahirkannya, hingga sang ibu menyerah dan menghentikan aksinya.

Ketika sang ibu telah mengetahui kalau Sa‘ad bin Abi Waqqash telah memeluk Islam maka sang ibu bersumpah akan mogok makan. Tapi coba kita bayangkan hari ini jika ada seorang anak gara-gara perbuatannya sang ibu mogok makan, kalau ibunya sakit atau meninggal maka anak ini akan dikutuk masyarakat. Tapi itu tidak masuk dalam pertimbangan Sa‘ad bin Abi Waqqash ketika taruhannya adalah aqidah atau iman, siapa pun itu bahkan orang yang kita cintai atau harta yang kita cintai sekalipun jika taruhannya adalah aqidah atau iman seseorang maka itu tidak bisa dipertaruhkan.

Maka Sa‘ad bin Abi Waqqash mengatakan, “ibu makanlah dan minumlah, ibu kasihanilah diri ibu sendiri. Karena walaupun ibu tidak mau makan, saya tidak akan pernah keluar dari agama Islam. Demi Allah kalau ibu punya 100 nyawa dan satu persatu nyawa ibu keluar saya tidak akan tinggalkan agama ini.”

Maka berkaitan dengan peristiwa inilah yang menjadi Azbabun Nuzul turunnya sebuah ayat Al-Qur‘an. Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. ” (QS. Al Ankabut : 8)

Anak 17 tahun dengan iman ini, mana hari ini anak-anak 17 tahun yang mungkin hari ini merupakan sebuah musibah besar ketika melihat zaman anak-anak muda 17 tahun telah melakukan berbagai macam kemaksiatan. Tidak seperti Sa‘ad bin Abi Waqqash di usia 17 tahun mendapat hidayah, dia pertahankan hidayah di hadapan ibunya dan orang-orang serta termasuk orang-orang awal yang mendukung dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Totalitas Sa‘ad bin Abi Waqqash memang tidak setengah-setengah, ia pun bahkan rela kehilangan sang ibunda demi mempertahankan aqidahnya serta membela Allah dan Rasul-Nya.

Lalu apa saja rintangan yang akan ia lewati selanjutnya bersama sang Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan agama Allah subhanahu wa ta‘ala?
Silahkan baca lanjutan kisahnya di Sa‘ad Bin Abi Waqqash (Sang Pemanah Jitu Pilihan Rasulullah SAW) - Part 2 hanya di Jaka Adhitea Blog....

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

share this article on

0 Response to "Sa‘ad Bin Abi Waqqas (Sang Pemanah Jitu Pilihan Rasulullah SAW) - Part 1"

Post a Comment