Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang di Jaka Adhitea Blog bagi para pembaca sekaligus pengunjung setia Jaka Adhitea Blog. Kali ini saya selaku admin kembali menyapa para pembaca untuk membuka cakrawala Islam dunia dengan merujuk pada Al-Qur‘an dan sunnah rasul. Semoga bermanfaat dan menjadi ladang amal dan pahala untuk saling berwasiat dalam kebajikan, aamiin ya rabbal alamiin.
Salah satu nikmat Allah subhanahu wa ta‘ala adalah hujan tapi seringkali kita menganggap hujan yang turun itu mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari kita, seperti membuat telat pergi kerja, cucian tidak kering, banjir dan lain sebagainya. Dan karena akibat tersebut banyak malah membuat kita menjadi melaknat ataupun mencaci-maki nikmat tersebut, padahal kita dilarang melakukan hal tersebut karena hujan termasuk makhluk Allah subhanahu wa ta‘ala yang dilarang untuk dicaci-maki sebagaimana waktu dan angin. Di sebuah hadits qudsi dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Allah Ta'ala berfirman: ‘Anak adam menyakiti-Ku dan mencela masa, padahal Aku adalah masa, di tangan-Ku lah segala urusan, Akulah yang membolak-balikkan siang dan malam’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Akhzam Ath Tha‘i Al Bashari, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Umar, telah menceritakan kepada kami Aban bin Yazid dari Qatadah dari Abu Al ‘Aliyah dari Ibnu Abbas bahwasanya; Ada seorang lelaki melaknat angin dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lantas beliau pun bersabda:
لَا تَلْعَنْ الرِّيحَ فَإِنَّهَا مَأْمُورَةٌ وَإِنَّهُ مَنْ لَعَنَ شَيْئًا لَيْسَ لَهُ بِأَهْلٍ رَجَعَتْ اللَّعْنَةُ عَلَيْهِ
“Janganlah kamu melaknat angin karena dia itu diperintah, barangsiapa yang melaknat sesuatu sedangkan yang dilaknat itu tidak berhak atasnya (laknatan itu), maka laknat itu akan kembali kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
Melaknat ataupun mencaci-maki hujan itu adalah sesuatu yang dilarang. Maka dari itu jika hujan akan turun kita tidak perlu mencela rahmat yang akan Allah subhanahu wa ta‘ala turunkan tersebut, tapi yang perlu kita lakukan adalah mengambil pelajaran dari hujan itu sendiri, sebagaimana firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (٤٨) لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا (٤٩) وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (٥٠)
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (QS. Al Furqan : 48-50)
Hujan yang turun merupakan sebuah rahmat Allah subhanahu wa ta‘ala, maka dari itu tidak perlu kita cela ataupun dicaci-maki tapi sebaiknya kita meminta dan memohon kepada Allah agar hujan yang akan diturunkan menjadi sebuah keberkahan bagi kita. Dari ‘Aisyah, bahwa jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa:
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعً
“ALLAHUMMA SHAYYIBAAN NAAFI‘AA
(Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat).” (HR. Bukhari)
Dengan do‘a ini sudah pasti kita mengharapkan air hujan yang turun membawa kebaikan serta keberkahan bukan sebagai azab maupun siksa. Sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik begitu juga dengan hujan, sekalipun hujan adalah rahmat Allah tapi jika hujan terus menerus mengguyur bumi pun juga pasti menimbulkan kekhawatiran seperti bencana banjir. Agar kekhawatiran yang buruk itu tidak terjadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mempunyai tuntunan dalam menghadapi situasi seperti ini.
Baca juga artikel :
1. Turunnya Hujan Sebagai Azab Dan Siksa
2. Tambahan Lafadz Adzan Saat Hujan
3. Makna Petir Di Dalam Syari‘at Islam
1. Turunnya Hujan Sebagai Azab Dan Siksa
2. Tambahan Lafadz Adzan Saat Hujan
3. Makna Petir Di Dalam Syari‘at Islam
Anas bin Malik menceritakan, bahwa ada seorang laki-laki masuk ke dalam Masjid pada hari Jum‘at dari pintu yang berhadapan dengan mimbar, sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menyampaikan khutbah. Orang itu kemudian menghadap ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, harta benda telah habis dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan buat kami!”
Anas berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan.”
Anas melanjutkan kisahnya, “Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan baik yang tebal maupun yang tipis. Juga tidak ada antara tempat kami dan bukit itu rumah atau bangunan satupun. Tiba-tiba dari bukit itu tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan itupun menyebar dan hujan pun turun.”
Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari. Kemudian pada Jum‘at berikutnya, orang itu masuk kembali dari pintu yang sama dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berdiri menyampaikan khutbahnya. Kemudian orang itu menghadap beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalanpun terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menahan hujan!”
Anas berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas mengangkat kedua tangannya seraya berdoa:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺣَﻮَﺍﻟَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻻَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻵﻛَﺎﻡِ ﻭَﺍﻟﻈِّﺮَﺍﺏِ، ﻭَﺑُﻄُﻮْﻥِ ﺍْﻷَﻭْﺩِﻳَﺔِ ﻭَﻣَﻨَﺎﺑِﺖِ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮِ
“ALLAHUMMA HAWAALAINAA WA LAA ‘ALAINAA, ALLAHUMMA ‘ALAL AAKAAMI WADZ DZIROOBI WA BUTHUNIL AWDIYATI WA MANABITISY SYAJARI.
(Ya Allah, Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah, Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.)” (HR. Bukhari)
Maka dari itu sahabat Jaka Adhitea Blog, jika terlihat hujan turun ada baiknya kita meminta diturunkan hujan yang bermanfaat dan apabila hujan yang turun tersebut akan menimbulkan marabahaya ada baiknya kita pun juga meminta hujan tersebut tidak menjadi bencana buat kita dengan berdo‘a sesuai dengan do‘a yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada kita. Semoga bermanfaat, barakallahu fiikum.....
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
share this article on
Sesungguhnya bersama hujan membawa rizki serta manfaat lebih.
ReplyDeleteBenar sekali mbak Siti...
DeleteTerima kasih udah mau berkunjung...